Instagraming

Disaat Surat-mu Menamparku [Riyan Al Fajri]

lagi, setelah 4 bulan berlalu akhirnya hatiku kembali menamparku. aku ditampar dengan cara yang sama seperti 4 bulan yang lalu. sakit. pedih. malu. entah apa yang berkicau diotakku. tapi aku merasa terluka. tersayat menjadi bagian-bagian kecil.


dalam sakit ini, aku merintih. jauh dari dalam lubuk hati, hatiku mengunci bibir ini. Stop! Diam! Renungkan! teriakan hati ku bergalau diantara gelap-gelap rintik disela hati ini. akalku menari, hatiku berpacu dalam sajak. apa? apa yang kulakukan? tidak jelas. ya tidak jelas. itulah yang bisa aku ucapkan.


kuterawang lagi detik-detik sebelum aku terluka. aku ingat kejadiannya. saat itu aku berjalan tergopoh-gopoh dikoridor timur kampus. dalam sesaat, bibirku padu. ya disaat inilah aku akan merasakan luka terdalam itu. kenapa saat ini datang? kesalku tak beralasan.


saat itu hatiku bersaksi, "ia adalah ukhti yang ku kirimkan surat itu." ingin kupanggil dirinya dalam sajak. tidak. aku tidak punya keberanian untuk itu. kakiku bisu. disaat ia berlalu, Ike, temannya mendatangiku.


"Ihsan, ini dari Annisa.", sapanya sembari memberikan surat yang beramplotkan bunga mawar. Ike berlalu dalam pandanganku. pandangan ku mulai rabun. desakku mulai goyah. tanganku seperti telah bermesinkan jet. bergerak tak karuan seperti sudah mengerti keinginan hatiku.


dimana aku harus membaca surat ini. dirumah. yah dirumah. dalam langkahku, kulalui mesjid hijau didekat kampusku. mataku beku. kakiku seperti ingin menginjakkan dirinya ke mesjid itu. ada apa ini? ini bukan waktu shalat. lagi pula masih ada surat spesial yang harus aku baca. pikiranku berperang dengan hatiku. di kebisuanku, akhirnya aku telah duduk dimesjid itu.


kupandang surat bergambarkan bunga mawar itu. kubuka perlahan. perlahan. hatta terlampirlah secara sempurna surat itu didepan wajahku.


"assalamualaikum akhi.

sungguh ana sangat bahagia menerima surat dari antum. antum memberikan ana sebuah pilihan sulit untuk ana putuskan. keinginan antum ingin mengajak ana untuk ber-ta'aruf sungguh sangat membahagiakan ana. sebelum ana memberikan jawaban kepada antum, sudihkan antum membaca kisah ana?


akhifillah, sungguh hati ini penuh dengan banyak hal yang ingin saya utarakan. antum tahu detail diri ana dengan sangat. seperti penuturan antum yang begitu tertarik dengan lakon bicara ana, yang lembut dan menenangkan. subhanallah. ana tidak bisa banyak bicara akan hal ini. antum juga bertutur dalam surat yang lalu bahwa ana menjadi inspirasi bagi antumdalam setiap pemikiran antum. wah, begitu luarbiasanya arti diri ana bagi antum


akhifiilah, ana mulai bertanya pada diri saya sendiri. ah, tidak. ana malu akan menjawabnya sendiri. akhirnya ana tanyakan kepada sahabat ana [yang antum tidak perlu tahu namanya].

"ukhti, adakah aku begitu menarik bagi para pria?", tanya ana bernada datar ada sahabat ana itu.

"astaghfirullah, ukhti. kenapa pertanyaan itu muncul dari bibir ukhti?", jawabnya terkejut.

ana tak tahu harus memulai apa untuk melanjutkan pertanyaan itu. rasanya saya sudah dibekukan oleh sikap terkejutnya itu, akhi.

"ukhti, apakah saya tidak cukup menjaga hijab saya?", tanya ana mendalam pada sahabat ana itu.

"kenapa, saudariku? apa yang mengganggumu?", ia balik bertanya pada ana, akhi.

"sungguh telah datang seorang Ikhwan kepadaku, ukhti. ia begitu memuja diri ku. ia mengajakku ber-ta'aruf. sungguh ini bukan suatu kelancangan. karena ia ingin membentengi syahwatnya. Allah sangat meridhai itu, ukhti. tapi apakah daya tarikku hanya sebatas Zahir? apakah daya tarik ku hanya sebatas merdunya suaraku didengar banyak orang?", aduan ana pada sahabat ana itu.

********

siapa wanita yang aku kirimi surat untuk ku-ta'arufi ini? tangan ku mulai goyah memegang surat itu. belum surat itu kulanjutkan, aku seperti sudah tahu akhir dari surat itu. sungguh shalehah wanita ini. siapa dia Ya allah?

********

sahabat ana itu hanya memeluk ana tanpa bersuara. ana tak mendapatkan jawaban yang menggembirakan hati kecil ana.

dalam pikiran ana berkecamuk pikiran. simple. tapi ana tak dapat menjawabnya. pertanyaan ana adalah "apakah akhi menginginkan ana karena "DIN" ana atau "ANA"?"

*******

bibirku beku. mataku berair. tidak. apa yang kulakukan. sudah lama aku tergabung dalam aktifitas dakwah di kampus. aku mendakwahkan untuk bisa menilai orang dari Agama. tapi hari ini, aku dimatikan oleh agama yang kuusung. aku bak munafik. berkata satu, berbuat satu.

********

akhifillah, ana kembali kepada rabb ana di malam sebelum ana menuliskan surat ini. ana menghadap kepada rabb ana dipelataran kamar ana. setelah itu ana bangun. dimalam ini, ana seperti dipapah oleh Rabb ana untuk sebuah pesan. dalam perjalanan ana menuju dapur, ana melalui kamar seorang sahabat ana.


ia berdoa dalam tangisnya, "Ya allah, sungguh aku adalah makhluk mu. ragaku milikmu. hatiku juga kepunyaanmu. aku, belum lebih dari 30 menit yang lalu engkau kabarkan kepadaku tentang pernikahanku melalui ibuku. engkau tentukan aku untuk dinikahi oleh seorang ustadz muda tamatan cairo. sungguh tidaklah aku pernah mengenalnya. bahkan bertemu pun aku tak pernah. tapi sudah kau tetapkan ia sebagai jodohku. satu doa yang ingin kupanjatkan kepada engkau, Rabb. sungguh aku berkeinginan menjadi istri seorang suami seperti Umar bin Abdul Aziz yang lebih mengutamakan akhirat dari pada dunianya. yang akan selalu membimbing keluarganya kejalan yang mustaqim. sungguh aku juga berkeinginan menjadi ibu dari seorang seperti abdullah ibnu umar yang selalu menjadi pengingat dalam setiap langkah orang tuanya. jika lah lelaki ini adalah seperti apa yang aku harapkan ya ALlah, lancarkanlah pernikahan ini. aku ikhlas dan merelakan diriku untuknya"


ana termenung seribu hayal, akhi. baru saja ana dengar kabar gembira. bukan hanya kabar gembira, tapi juga kabar yang membuat hati ana Iri. begitu besar cita-cita nya bersuamikan orang yang shaleh. ana iri padanya, akhi. ia bahkan akan nikahi oleh seorang Pria yang dia sendiri tidak pernah bertemu. tentu akhi yang melamarnya itu juga belum pernah mengenalnya. pertanyaan ana, kenapa ia mau melamar sahabat ana itu? tidakkah aneh akhi. seorang yang belum pernah bertemu bisa melamar gadis yang dia sendiri tak tahu rupany. husnuzan nya, ana berpikir, mungkin ia tertarik karena agamanya sahabat ana. dan tahukah akhi, duduknya ana didepan pintunya itu disadari oleh sahabat ana. ia bercerita kepada ana. tahu apa yang mengejutkan ana akhi? ia dikhitbah karena ia dinilai shalehah oleh bapak calon mertuanya.


wah, ana iri, akhi. ana sangat iri. bisakah ana di cintai dan disayangi serta diakui melalui DIN ana? akhi, ana tidak bisa menjawab apapun dari surat yang akhi kirimkan itu.

jawaban ana adalah "ana ingin dicintai dari DIN ana"

ana rasa akhi mengerti

assalamualaikum

******

ini adalah puncak rasa perih di hatiku. dimesjid itu aku bersujud kepangkuan rabbku. hening suasana untuk beberapa masa yang tak kuketahui. yang terdengar hanyalah pengaduan bersalahku pada Rabb. aku tertusuk. dalam. dalam sekali. heningku pecah, azan melantun. aku hanya  bisa berucap, "terima kasih, Ya allah. engkau kirimkan bidadari untuk meluruskan hatiku. berikan ia pasangan terbaik menurutmu ya allah."

rasa sakit ini tak punya akhir .akhir dari rasa ini adalah ketaubatanku. terimakasih Rabb.

Komentar

Postingan Populer