Instagraming

Hari Kebangkitan (Kehancuran) Nasional

Apa yang kalian pikirkan tentang hari kebangkitan nasional? Sebuah pertanyaan simple untuk kita semua.  Apa itu harkitnas? Kenapa bisa ada? Apa tujuannya diadakannya? Semua orang pasti ingin melebaikan diri mengatakan dia melakukan segala sesuatu untuk bangsanya. Ya untuk bangsa. Oleh karena itu, hari kebangkitan nasional menjadi titik awal semangat baru untuk maju. Well, seperti itulah kira-kira.

Akan tetapi ada hal yang cukup membuat saya terusik dengan apa yang terjadi pada malam ini. Malam HARI KEBANGKITAN NASIONAL. Wah wah, Apa yang sedang terjadi? Ayo silahkan check televisi dan temukan disana, ada KONGRES PSSI. Waw, ini kan kongres untuk sepakbola Indonesia bisa jadi lebih baik. Ya kan? Ya. Betul sekali. Sebelumnya saya ingin sampaikan kalau saya mencintai bangsa ini karena itu saya ingin menyampaikan isi kepala saya tentang ini. Wah wah, Siapa sih saya yang sok sok ingin menyampaikan isi kepalanya? Hm,saya check KTP saya dan ternyata SAYA adalah RAKYAT INDONESIA. Dengan ini saya tentu punya hak untuk berbicara tapi berbicara yang bertanggung jawab dan berisi, insya allah, tidak seperti yang saya lihat pada malam ini.

Apa sih yang saya lihat? Saya melihat orang-orang yang mengaku sebagai reformis sepakbola Indonesia sedang beradu “kepintaran” di kongres PSSI. Lihat saja. Mereka berdasi. Ada juga yang memakai batik. Ada juga yang memakai jas. Mereka terlihat seperti orang yang sangat berpendidikan. Tapi kenapa Saya ragu? Saya ragu. Ya. Apa yang saya ragukan? Saya meragukan pendidikan mereka. Aduh, siapa saya yang berani meragukan pendidikan mereka? Eh, mereka itu pakai jas loh. pastinya mereka orang yang pintar. Tapi masih ada yang mengganjal. Mereka itu Pintar atau pintar-pintar? Coba lihat. Dari jam 2 siang sampai jam 9 malam. 7 jam mereka berbicara ini. Berbicara itu. Lalu apa yang mereka hasilkan? Hm… saya berpikir keras untuk ini. Ok, saya menemukan jawabannya. Mereka menghasilkan kericuhan, keributan, ke-malu-an. Waw. Kenapa?

Kongres yang seyogyanya menjadi tempat untuk memutuskan ketua baru PSSI menjadi ajang adu argument. Menjadi ajang adu kepentingan. Bayangkan saja, hanya karena 2 orang, Indonesia kosong kepemimpinan Ketua Umum PSSI. Saya mulai berpikir, apa tidak ada calon selain 2 orang yang mereka usung? Calon itu kan sudah di-banned FIFA. Apakah tidak ada calon yang lain yang lebih kompeten yang bisa mereka pilih? It’s ok. Memang pelarangan 2 orang ini sebuah hal yang tidak bisa diterima karena tidak ada di statute FIFA maupun statuta PSSI. Tapi sekali lagi saya pertanyakan. Apakah tidak ada orang selain mereka berdua untuk dicalonkan jadi ketua PSSI?

Saya tidak punya hak suara. Mereka yang punya hak. Mereka Punya hak bicara dan punya hak menghancurkan sepakbola Indonesia juga tentunya. Secarakan mereka menyebut diri mereka sebagai “reformis”. Tahukah kalian apa itu reformis?

Reformis berasal dari kata re+form+is. Apa maksudnya? Re berarti mengulang kembali. Form berarti membentuk. Is adalah kata untuk orang. Jadi reformis adalah orang yang membuat membentuk ulang. Nah, pertanyaan saya, seperti apa bentuk yang akan diciptakan jika orang yang membentuknya adalah orang yang “pintar-pintar”? 7 jam sudah berlalu dan mereka menghasilkan nonsense.

Ini sebuah pelajaran bagi kita. Pelajaran yang sangat berharga. Kenapa berharga? Mari kita lihat cara mereka berkomunikasi dan menjalankan kongres. Pertanyaaan pertama, apakah mereka punya kemaluan? Saya ragu. Mungkin kemaluan mereka sudah dipotong sehingga mereka dengan mudah mengumbar emosi disebuah forum resmi. Ricuh. Dan berkata kotor serta tidak menghormati pimpinan kongres dengan mudah menyampaikan, “kami akan menyampaikan mosi tidak percaya”. Lucu. Dengan mudahnya mereka mengancam pimpinan kongres yang mereka sendiri diakomodir untuk berpartisipasi dalam kongres itu. Sekali lagi mari kita sampaikan luar biasa.

Terbersik dipikiran saya tiba-tiba, “Apakah mereka berpikir untuk kemajuan sepakbola Indonesia ketika berpendapat atau mereka meluapkan emosi rendahan mereka?”. Di sana, di kongres itu, ada perwakilan FIFA dan AFC. Apa yang mereka lakukan. MENGHINA. MENCACI. Waw. Luar biasa. Saya takjub melihat tindakan orang-orang yang mengaku reformis sepakbola Indonesia ini. Saya berani bertaruh, sesiapa yang menonton kongres malam ini akan mengatakan, “mereka emosi. Ricuh. Sok-sokan. Mereka bukan reformis sepakbola. Mereka penghancur masa depan sepakbola Indonesia.”
Saya punya alasan menarik untuk mengatakan dan berpikir seperti itu. Sekarang coba kita lihat apa yang akan kita hadapi dalam waktu dekat ini. Sea Games, Olimpiade, Piala Dunia. Memang sih secara kualitas kita untuk masuk piala dunia hanya sebuah mimpi untuk detik ini. Tapi bukan berarti kita harus kalah sebelum bertandingkan? Kan tidak lucu saja, kita dapat sanksi dari FIFA karena ga becus milih 1 orang ketua saja lalu tim nasional kita dilarang bertanding dikejuaraan internasional. Ok. Lupakan piala dunia. Yang lebih kecil saja deh. Sea Games. Teman-teman tahu dimana sea games akan dilaksanakan? INDONESIA. Pertanyaan saya: apa tidak lucu Indonesia sebagai tuan rumah sea games tidak bisa mewakilkan tim sepakbolanya untuk bertanding di sea games?

Malam ini adalah malam tonggak kebangkitan bangsa Indonesia. Tapi sayangnya semoga saja malam ini tidak menjadi malam kehancuran sepakbola Indonesia. Apakah saya berlebihan mengatakan hal ini? Tentu tidak.  Penjelasan saya diatas cukup menjelaskan alasan saya kenapa.

Dalam benak saya, Selama mereka yang mengaku “reformis” masih berkeras hati mengusung seorang militer dan seorang kaya menjadi ketum PSSI, saya yakin deadlock pemilihan ketua akan terus HADIR. Saya mulai berpikir negative tentang hal ini, apakah mungkin mereka udah ada JATAH dalam hal ini? Tapi entahlah. Semoga saja bukan itu yang jadi akar persoalannya. Karena kalau sudah ini, saya pastikan kehancuran dalam dunia sepakbola Indonesia tidak jauh lagi.

Apa yang kita dapat ambil dari kejadian ini teman? Dengan enteng saya mengatakan, JANGAN SAMPAI INI TERJADI DIMASA KITA MEMIMPIN. Cukup. Cukup. Mereka yang mengaku BERPENDIDIKAN itu ada dimasa ini. Dimasa kita, mari kita BERPENDIDIKAN untuk bisa membela bangsa. Orang yang berpendidikan adalah orang yang TERDIDIK. Dan orang yang terdidik adalah orang yang tata krama, sopan santun, adab dan penghormatan pada orang lain.

Kita. Generasi muda. Generasi pembaharu bangsa. Jangan sampai ini terulang pada kita. Disaat kita memimpin nanti kita akan memimpin dengan penuh sikap bertanggung jawab dan mencerminkan sikap TERDIDIK kita. Bagaimana caranya? Dengan belajar. Hari kebangkitan ini mari jadikan untuk tonggak kita untuk belajar dan kembali bersemangat untuk bangsa dan negara. Hanya untuk bangsa dan Negara.

Semoga ini berakhir dengan keindahan untuk sepakbola Indonesia.
Semoga mereka yang mengaku “reformis” bisa memikirkan sepakbola Indonesia
Semoga Indonesia menjadi lebih baik
Jika bukan sekarang, mari kita lakukan untuk masa kita.
Masa kita menjadi pemimpin bangsa.

 (maaf tulisannya acak dan banyak yang aneh. Ini hanya isi kepala yang langsung tertulis bukan dibaca ulang untuk diperbaiki)

Komentar

Postingan Populer