Instagraming

Alisha, Kisah Cinta seorang Intel (Riyan Al Fajri)




    “Zan, sudah saatnya diselesaikan”.

                “Sudah waktunya kah?”.
            
               “Ya. Sudah tidak ada pilihan lain”.
***
                Sabtu pagi kali ini terasa berbeda. Aura cinta antara Farzan dan Alisha mulai membusuk. Membusuk layaknya bau selokan yang dipenuhi sampah. Kejadian malam tadi tentu akan menyisahkan luka tusukan mendalam bagi mereka. 

                “Zan, untuk yang semalam aku…”, Alisha membuka pembicaraan dengan Farzan yang sedang duduk termenung di balkon rumah.

                “Sudah lah. Aku sudah memaafkannya. Kita sudah dewasa juga kan? Setiap orang dewasa punya pilihan. Dan ini adalah pilihanmu. Aku harus menghormatinya”

                “Apapun yang terjadi, aku tetap mencintaimu.”

                Farzan dan Alisha sudah tinggal serumah lebih dari 1 tahun. Mereka belum menikah karena hubungan mereka masih menjadi rahasia mereka. Akan tetapi, cinta lebih menguasai nafsu daripada Iman mereka. Hidup layaknya suami-istri bukan sebuah pilihan yang mudah. Hari-hari pastilah dipenuhi oleh dosa yang mereka sendiri menyadari hal itu. Namun sekali lagi, nafsu mereka jauh lebih kuat daripada iman mereka. Ada satu aturan dalam hubungan mereka. Apapun yang mereka lakukan, mereka tidak boleh memiliki anak sebelum menikah.

                Malam ini, Farzan dan Alisha yang baru berumur 21 tahun memutuskan untuk memilih jalan mereka masing-masing.

“Zan, aku rasa ini malam terakhir kita bersama.”

“Apa? Apa maksudmu?” 

“Aku rasa kita harus menjalani jalan kita sendiri. Apa yang kita lakukan ini salah. Kita harus mengakhiri nya. Aku tidak ingin terlalu jauh.”

“Tapi…”

“Kita memang tidak pernah berhubugan sex. Tetapi kita ini sudah seperti suami-istri Zan. Kita tidur sekamar, memang kau tidak pernah menyentuh kehormatan ku. Tetapi aku takut. Aku takut kau akan lupa.”

“Ini keputusanmu?”

“Ya.”

“Aku tidak punya pilihan apapun lagi.”
***
                “Zan, bagaimana kondisi terakhirnya?” ujar Izkher menanyai laporan pengawasan Farzan terhadap Negara Islam Indonesia.
 
                “KW 9 sudah benar-benar lewat batas. Kemarin mereka melakukan doktrinisasi di puncak. Ini gambar rumah dan rekaman sadapannya.”

                “Apa rekomendasimu?”

                “Coba buka halaman ke 5. Itu ada foto orang-orang penting dalam KW-9. Bunuh mereka. Itu pilihan terbaik”

                “Kau gila? Mereka itu rakyat Indonesia juga.”

                “Benar. Kita tidak bisa melakukan pencegahan jika otaknya masih tetap hidup.”

                “Polisi tentu akan mengusut pembunuhan ini. Bukankah itu member simpati pada mereka? Kekuatan mereka tentu akan semakin bertambah.”

                “Apa gunanya kita ada? Kita akan buat kondisi dimana mereka tidak bisa membocorkan kematian orang-orang itu. Bagaimana?”

                “Cara nya?”

                “Infiltrasi.”

                Farzan bergerak dengan mengirim orang-orang terbaiknya. Mereka ditugaskan untuk terpancing oleh gerakan NII. Tiga orang dipersiapkan adalah Faiz, Zaraj, dan Anna. Mereka mengetahui keberadaan Farzan, tapi mereka tidak mengetahui keberadaan masing-masing mereka. Komunikasi mereka satu-satunya adalah melalui perpustakaan. Setiap tiga kali sehari setiap dari mereka menuju perpustakaan untuk menyelipkan informasi yang akan diambil oleh Farzan melalui buku-buku  yang ada di perpustakaan. Setelah melakukan percobaan selama seminggu, misi dilaksanakan.

                Faiz diperintah untuk terus shalat di mesjid 5 waktu sehari. Sikap aktifnya sebagai pengurus organisasi kemahasiswaan kampus menjadikannya mudah terekpose dan berpeluang kuat untuk menarik perhatian NII. 

                “Faiz. Apa kabar akhi?”

                “Baik. Alhamdulillah, Ustadz.”

                Ikan sedang menuju perangkapnya. Farzan paham betul bahwa Faiz bisa saja tercuci otaknya. Begitu pula Zaraj dan Anna. Yang bisa dilakukan oleh Farzan hanyalah mengawasi mereka. Mengawasi tindak tanduk mereka. 

                3 minggu berlalu, terjadi perubahan pada Anna. Ia mulai menggunakan cadar. Bukan maksud hati Farzan mencurigai setiap wanita bercadar tetapi Farzan merasa Anna sudah jauh jatuh ke dalam NII. Apalagi Anna sudah seminggu ini tidak member laporan kepadanya. Berbeda dengan Zaraj dan Faiz. Faiz semakin rajin merawat jenggot dan semakin aktif dalam acara kampus. Terkadang ia mengajak beberapa temannya untuk berdiskusi masalah urgensi pentingnya Negara islam di Indonesia. 

                Semua sepertinya sesuai yang diharapkan oleh Farzan. Semakin berlalu waktu, tiga bulan empat bulan. Laporan dari Faiz mengatakan bahwa ia sudah merekrut hingga 100 orang jamaat baru untuk NII sehingga ia dipercaya untuk mengikuti pertemuan. Zaraj pada kondisi yang berbeda malah dipercaya menjadi juru dakwah NII. Ia dipercaya karena kemampuannya yang bisa mempengaruhi orang lain. Ia memiliki akses untuk bertemu gubernur NII.
***
                “Bagaimana perkembangannya?”

                “Ada pertemuan pembesar NII di bogor. Pertemuan itu akan dihadiri oleh panglima perang, gubernur, bupati NII daerah jawa.”

                “Apa rencanamu?”

                “Dengan kontak yang kita miliki, kita culik salah seorang dari mereka. Kita sewa pelacur. Dan kita buat kondisi pelacur itu melayani si Syekh. Aku akan mengusahakan salah seorang dari pembesar tidak sengaja menemukan temannya sedang bermain dengan pelacur.”

                “Bangsat juga kau! Lumayan. ”

                “Dedive et impera.”

                Farzan berburu pada hari itu. Berburu untuk menyeleksi pelacur terbaik yang bisa ia manfaatkan. 

                “Sial. Susah cari nya.”

                “Hello, mbak. Apa kabar?”

                “Baik, mas. Ada yang bisa saya bantu?”

                “Gitu-gitu berapa mbak?”

                “hm, untuk mas saya kasih murah deh. 300ribu aja. Gimana?”

                “Saya kasih 400 ribu tapi mbak harus ikuti semua perintah saya?”

“Jangan bilang kamu mau main rame? Kalau rame kasih saya 500 ribu aja mas. Gimana?”

“Shit. Ini pelacur otaknya Cuma lacuran!”, gumam Farzan dalam hati.

“Ga. Cuman main berdua aja kok. Tapi bukan saya. Teman saya.”

“Ok.”

Farzan membawa pelacur itu menuju suatu tempat. Disaat yang sama, Faiz menemani seorang pembesar NII, Aremukti, ke sebuah hotel.

“Kita kenapa ke hotel ini, Iz?”

“Itu loh ustadz, saya dihubungi oleh pak Yoshi untuk merubah tempat pertemuan. Katanya tempat kemarin kecium ama pihak republik. Kata pak Yoshi ada orang intel yang bernama Arzan kalau tak salah yang udah mengetahui kegiatan kita. jadi Pak Yoshi menyuruh saya mengantar bapak ke hotel ini untuk tempat sementara”

“ Loh kok bisa dia tahu?”

“Kata Pak Yoshi, ini mungkin diantara kita ada penyusup.”

“Wah, bahaya ini. Setan lah pihak Republik tuh. Kita harus tetap berjihad!”

“Tapi saya bingung pak. Pak Yoshi tahu dari mana ya? Saya merasa sepertinya yang penyusup itu pak Yoshi deh ustadz.”

“Hei, kau harus kuat imanmu. Jangan meragukan pemimpin kita.”

“Tapi kalau Pak Yoshi benar-benar penyusup bagaimana Ustadz?”

“Tidak mungkin. Malah Pak Yoshi yang menyusupkan penyusup di intel. Pak Yoshi itu hebat loh. Sebenarnya bukan dia yang hebat. Tapi anaknya. Anaknya yang merancang sebagian besar operasi kita. pada awal nya anaknya tak tahu keberadaan kita, tapi setelah rapat di rumah Zainal, anaknya akhirnya tahu kerja kita. Dengan seribu jurus pak Yoshi bisa meyakinkan bahwa kita berada dalam jalan yang benar. Dan sepertinya kamu cocok kalau menikah dengan anaknya.”

“Ah, tidaklah ustadz. Manalah cocok saya sama anak Pak Yoshi. Pak Yoshi itu keren bisa lakukan infiltrasi ke intelejen republic. Saya apalah ustadz.”

“Eh jangan salah. Dikau tuh amazing. Lagipula juga saran anaknya milik Rezaldi untuk dipengaruhi. Rezaldi itu bagian pencegahan intel. Kalau tak salah yang kamu bilang tadi pemimpinnya, Arzan. Eh, Farzan mungkin. Ah, antara itu lah.”

“Ga apa apa ustadz cerita ini ke saya?”

“Kamu juga udah dipercaya sampai disini. Saya yakin kamu tidak akan murtad dan membela kafir republik.”

“Permisi Ustadz.”

Beberapa saat pintu tertutup. Ustadz pingsan. Farzan sudah berada dibelakangnya. Membiusnya. Segera Farzan memerintahkan Pelacur tadi masuk ke kamar hotel. Bersama Faiz, pelacur itu masuk. 

“Buka Pakaianmu!” perintah Farzan.

“Dikau keluar lah mas. Kan tak enak.”

“Aku mau lihat kau main dengan lelaki pingsan.”

“Ih, parah dank. Ikut aja sekalian mas.” Ujar Pelacur sembari menelanjangi tubuhnya.

“Ah tidak. Punya ku ini hanya untuk seseorang.”

“Ternyata mas tipe orang setia. Aghhh. Ayo mas masih bisa kok kalau ikut. Masih ada satu lagi tempatnya.” Ujarnya saat mulai melakukan persenggamaan dengan ustadz yang tertidur tadi. 

“Ingat ya. Sesuai perjanjian kita. kamu disuruh oleh Yoshi!”

“Baik, mas. Aghh aghh aghh”

Hampir sejam persenggamaan rekayasa itu terjadi. Ustadz perlahan bangun dari tidur indahnya. Farzan pun telah pergi dari ruangan itu. Ustadz NII malang itu kini bukannya terkejut dengan adanya wanita yang menyetubuhinya, nafsunya malah menginstruksikan untuk menikmati kejadian itu. Sepertinya ustadz lupa bahwa ia sedang berbuat dosa. Farzan benar-benar beruntung dengan pilihan pelacur itu.

“Astaghfirullah! Ustadz Mukti!”, Zaraj dan seorang pembesar NII lainnya, Sofyan, memergoki kejadian biadab itu.

“Astaghfirullah! Setan!”

“Astaghfirullah. Apa yang sudah aku lakukan?”

“Zaraj, kita pergi!”

“Sofyan, tunggu. Ini tidak seperti yang kau sangka.” Mukti berlari menuju pintu kamar hotel. Zaraj dan Sofyan telah semakin jauh. Tidak mungkin bagi mukti untuk mengejar mereka. Ia tidak berpakaian sama sekali.

                Pelacur tadi sudah terbaring di tempat tidur kelelahan. Ustadz Mukti kalut.

                “Siapa yang mengirimmu? SIAPA!!??” bentak mukti

                “Aku hadiah dari pak Yoshi, sayang. Tugasku sudah selesai. Namamu sudah jelek. Pak Yoshi sepertinya yang akan tetap menjadi gubernur.”

                “YOSHI…”

                Ustad Mukti langsung mengenakan pakaiannya. Ia pergi berlari mengejar angin menemukan apapun jalan yang bisa ia pilih.
***
                “Zaraj, ana tidak percaya dengan apa yang mata ana saksikan tadi.”

                “Saya juga ustadz. Tetapi kita harus berpikir positif.”

                “Positif apa maksud kamu? Tidak ada kepantasan memberikan pengertian pada pezina, Zaraj.”

                “Ana yakin Ustadz Mukti punya alasan sendiri ustadz. Kita tahukan istri ustadz mukti sudah meninggal.”

                “Itu penyakit dia. Disuruh menikah lagi tidak mau. Setia ini lah. Itulah. Jatuh ke zina seperti ini siapa yang rusak coba? Pokoknya dia sudah tidak bisa menjadi bagian dari kita. dia sudah keluar batas.”

                “Tapi Ustadz…”

                “Kamu tidak perlu mengasihani dia. Ini keputusan saya. Aghhh… Zaraj, kamu!!” Sebuah pisau tertanam di perut Ustadz Sofyan.

                “Maaf, Ustadz. Ustadz orang yang baik, semoga ustadz masuk ke surga tapi ini tugas yang diperintahkan Farzan, Ustadz. Allah bersama orang yang jujur dan beriman ustadz.”

                Zaraj keluar dari kamar. Beberapa waktu setelah Zaraj Keluar, ia membersihkan tubuhnya dan ternyata Ustadz Mukti sudah masuk ke kamar tempat terbunuhnya Ustadz Sofyan.

                “Sofyan!” Ustadz Mukti mendekati Sofyan yang berlumuran darah. Praktis seluruh tubuh Mukti merembes darah sofyan. Mukti mencabut pisau yang tertanam dalam tubuh Sofyan. 

                “Ustadz Mukti? Ustadz Sofyan. Astaghfirullah. Apa yang kau lakukan Iblis!!!??”

                “Zaraj, kau jangan salah paham. Aku baru masuk. Sofyan sudah terbaring seperti ini.”

                “Anda Iblis Ustadz Mukti. Sudah berzina sekarang menjadi pembunuh.”

                Prakk.. pintu ditutup Zaraj yang berlari ke luar hotel secepat tenaga. Mukti kalut. Ia bingung. Tiba-tiba HP Zaraj berbunyi, masuk sms dari Faiz. “Rumah Pak Yoshi Sekarang. Mendadak. Semua kader”. Sms yang ditujukan untuk semua anggota KW 9. Zaraj pun menelpon pak Yoshi dan melaporkan apa yang disangkakan kepada Ustadz Mukti.  
***
                Terjadi rapat di rumah Pak Yoshi. Semua pembesar hadir. Zaraj hadir dalam rapat itu. Ini untuk pertama kalinya ia menghadirinya. Biasanya ia hanya menjadi penunggu di luar ruangan rapat. Akan tetapi, dengan adanya kejadian terakhir, ia diminta untuk menjelaskan perihal Ustadz Mukti. Tentu saja penjelasannya memberatkan ustadz mukti. Tiba-tiba ustadz mukti masuk ke ruangan rapat.

                “Yoshi!!! Aku tahu kau yang mengirim pelacur itu. Aku tahu kau yang membunuh Sofyan.”
                “Tangkap dia!!!”

                “Tidak. Semua salah Yoshi, dia yang membuat aku seperti melakukan ini semua.”

                “HENTIKAN!!” , bentak seorang wanita dari balik tabir.

                “tidak ada yang boleh melukai ustadz mukti.” lanjutnya

                “Kenapa? Bukannya dia telah membunuh Ustadz Sofyan?”

                “Oh begitukah? Jika dia membunuh Ustadz Sofyan tidak mungkin ia berani ke sini. Tidak mungkin ia berani menuduh ayah. Tidak mungkin ia berani mengorbankan nyawanya secara Cuma-Cuma untuk disini.”

                “Apa yang kau pikirkan. Bukankah jelas dimata kita? atau kau tidak percaya yang aku jelaskan ukhti?”

                “Door… “, sebutir peluru menembus kepala Zaraj. 

                “Dialah yang bersalah.”

                “Apa maksudmu Putriku?”

                “Ustadz Sofyan dibunuh olehnya, pelacur yang disebutkan oleh ustadz mukti tadi kemungkinan dia yang mengirimnya. Oleh karena itu ia bisa yakin dengan laporan dan penjelasannya tadi kepada kita. dia datang terlebih dahulu dari pada ustadz mukti untuk mempengaruhi kita. ia merekayasa pembunuhan ustadz sofyan. Ana yakin, jika kita periksa bekas darah yang ada pada sepatunya, itu akan masih memiliki reaksi. Ayah pernah bilang, bahwa diantara kita ada penyusup. Itu yang memperkuat ana. Dia satu-satunya orang baru yang punya akses kepada ustadz Sofyan. Orang nomor dua tertinggi setelah ayah.”

                “Masuk Akal.”

                “Faiz, Mukti, kalian urus mayatnya dia.”

                “Baik Pak.”

                “Terkadang mata kita melihat apa yang jelas diluar sana. Namun terkadang kita lupa bahwa kejelasan itu juga bisa benar untuk sebuah rakayasa.”

                “Kau hebat, nak Alisha. Supaya makin hebat, ada baiknya engkau menikah segera.” Ujar Ustadz Ja’far.

                “Tidak. Ana menunggu seseorang Ustadz.”

                “Menunggu seseorang yang tidak halal bagimu?”

                “Ustadz harus paham. Lelaki memiliki hak untuk memilih. Wanita memiliki hak untuk menerima atau menolak. Pria itu telah datang pada saya beberapa tahun yang lalu dan saya mencintainya. Saya akan menolak sesiapapun yang meminang saya karena saya menunggu nya.”

                “Siapa dia, anakku?”

                “Mahasiswa Akuntansi di Universitas Jayaraya, yah.”

                “Dia NII juga?”

                “Tidak ayah. Namanya Farzan, ia seorang liberalis dalam agama tapi dia jauh lebih sufi daripada orang sufi dan dia juga jauh lebih liberal daripada orang liberal.”

                “Bagaimana mungkin kamu akan menikah dengan orang yang tidak sama denganmu?”

                “Dia sama denganku ayah. Dia seorang muslim. Ana muslimah. Hanya kami memilih jalan yang berbeda. Jika ana menikah dengannya, ana akan taat kepadanya. Ana akan Tanya posisinya terhadap NII, jika ia menolak berarti ana akan keluar dari NII, ayah.”

                “Tidakkah ….”

                “Sudah. Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Mari kita lanjutkan rapatnya.” Ujar Alisha memotong pembicaraan ayahnya.
***
                “Serangan besar. Mapolri. Jalan Kaliwarang no 16. Ambil kue besar. harga mati. 12 Juli 2011”. Farzan mengambil tulisan yang di sisipkan Faiz di perpustakaan.

                Farzan langsung menuju markas menghubungi teman-teman dan melakukan misi terakhir. Pasukan terbagi atas dua pasukan. Pertama untuk menghentikan serangan besar yang berarti ada bom bunuh diri di Mapolri. Dan kedua untuk menciduk komplotan teroris di rumah Pak Yoshi.

                Misi dilakukan serantak. Farzan memimpin langsung aksi menuju rumah Pak Yoshi. Ia mempersiapkan senjata laras panjang miliknya. Ini aksi terbesarnya dalam menciduk NII. Ia tidak ingin gagal.
***
“Zan, sudah saatnya diselesaikan”.

                “Sudah waktunya kah?”.

                “Ya. Sudah tidak ada pilihan lain”.

                “Serang. Ya..”

                Dentuman pistol memenjara rumah Pak Yoshi. Tetangga yang telah di evakuasi ketakutan atas apa yang terjadi. Pasukan Densus 88 yang dibawa oleh Farzan menyusup ke rumah Pak Yoshi. Setelah 5 jam baku tembak. Akhirnya pertahanan rumah besar yang diperkirakan dijaga oleh 113 orang ini bisa disusup oleh Farzan. Ia masuk melalui pintu samping. Ia mendobrak pintu. Dan membunuh pemberontak republik itu dengan berhati-hati. 

                “Prak.” Sebuah pintu berhasil di dobrak oleh farzan.

                “Angkat tangan!” Farzan mengacung pistol nya kepada seseorang penembak jitu yang telah membunuh 15 orang anggota timnya hanya dengan menggunakan pistol kecil dan ternyata ia seorang wanita bercadar. Farzan telah kehabisan peluru pada M-16 nya. Ia hanya memiliki pistol dengan jenis yang sama dengan wanita itu. Ia hanya menggunakan 

                “Farzan!” Wanita itu membuka cadarnya. 

                “Alisha. Kau NII?”

                “Farzan, Kau Polisi?”

                Suasana menjadi seperti kutub. Farzan membeku. Andai Alisha menembaknya saat ini juga, ia pasti tidak akan bisa menghindar. Masing-masing mengacungkan pistol kearah yang berlawanan. Suara tembakan diluar rumah tetap bergemuruh memperkeruh suasana saat itu.

                “Aku paham kau ingin pergi dari ku. Kau mengetahui siapa jati diriku dan kau meninggalkanku.”

                “Farzan, itu sudah hampir 1 tahun dan itu tidak seperti yang engaku pikirkan. Aku masih mencintaimu. Aku menunggumu.”

                “Ya, kau menungguku. Dan sekarang kau menunggu kematianku dengan mengarahkan pistolmu padaku.” Farzan lalu membuang senjatanya. 

                “Kenapa kau buang senjatamu? Ambil!”

                “Kau mencintaiku kan? Aku percaya kau mencintaiku dan kau tidak akan membunuhku.”

                “Kau bodoh Farzan. Aku mencintaimu yang bukan polisi. Bukan kau yang sekarang menghabisi seluruh keluargaku!”

                “Aku bukan polisi. Aku mahasiswa selain itu aku adalah pasukan khusus pencegah, Sha.”

                “Hina kau Farzan! Aku yakin kau yang merekayasa semua yang ada. Ustadz Sofyan, Mukti, Zaraj.”

                “Aku mencintaimu Alisha. Kau boleh membunuhku jika ingin melakukannya.”

                Duarrr… sebagian rumah itu meledak. Sebagian Kader NII meledakkan diri mereka. Membumihanguskan seluruh dokemen mereka. Duar… duar…
***
                “Operasi yang dilakukan Densus 88 telah berhasil menewaskan 113 penggerak NII di Jalan Kaliwarang no 16. Diperkirakan korban dari pihak TNI adalah 38 orang.” Penjelasan disebuah stasiun televisi yang ditonton oleh Alisha.

                “Alisha. Alisha. Alisha.” Farzan membuka matanya di sebuah rumah sakit. Ia menjadi korban ledakan yang dahsyat itu.
***
                Perawatan Farzan telah selesai. Sudah 4 bulan sejak saat penyerangan besar-besaran itu. Meskipun TV memberitakan bahwa semua NII tewas dalam kejadian itu. Ia masih yakin Alisha masih hidup. Ia langkahkan kakinya menuju apartemen yang pernah ia sewa bersama Alisha. Tempat mereka pernah tinggal sekamar. Berlaku seperti suami-istri tetapi tidak melakukan hubungan suami-istri. 

                Ia buka pintu apartemen itu.

                “Alisha!” Farzan langsung meraih keris yang ada di dinding apartemen itu. Ia saksikan dengan nyata Alisha dan Pak Yoshi ada di depan matanya.

                “Farzan, aku mencintaimu. Aku yakin hari ini kau akan datang kesini.”

                “Bagaimana kau bisa selamat”

                “Farzan, aku sama seperti mu. Aku, ayahku, adalah utusan dari intelejen dari divisi infiltrasi. Ayahku merekrutku karena ketidaksengajaanku menemukan arsip kegiatannya. Bagaimana aku selamat? Sewaktu bom meledak, kau langsung memelukku. Pelukan mu menyelematkan dari ledakan. Pada saat itu aku tidak tahu kau sadar atau tidak, kau langsung berkata, pergilah. Pergilah. Pergilah. Aku pergi melalui jalan yang telah dipersiapkan ayah. Ayah tahu saat itu akan terjadi penyerangan. Identitasku bersih. NII mengenaliku sebagai Alisha Nurshalehah sedangkan nama asliku adalah Alisha Nurfitriani. Kini aku kembali ke kehidupan ku lagi. Ayah pindah dinas ke Arab Saudi oleh Negara sebagai diplomat.”

                “Aku…”

                 “Farzan, aku tidak terlalu percaya padaku. Tapi mau kah kau mengizinkan aku untuk mendapatkan kembali kepercayaanmu?”

                “Kau ingin kita tinggal serumah lagi?”

                “Ya. Bedanya jika dulu aku menolak untuk menikah denganmu untuk serumah denganmu. Hari ini, jika engkau ingin melakukannya lagi, aku ingin kau menikahiku.”

                “Alisha, aku akan menikahimu karena aku mencintaimu.”

                “Aku percaya, kau sudah menjaga kehormatanku selama lebih 1 tahun sejak kita tinggal serumah. Padahal jika lelaki lain pastilah wanita nya sudah hilang perawannya. Tetapi kau tidak. Kau sama sekali tidak merusak dan merenggut keperawananku. Zan, aku mencintaimu.”

                Akhirnya Alisha dan Farzan menikah. Mereka hidup serumah kembali. Bedanya, jika dahulu mereka tidak menikah sekarang mereka telah menikah. Jika dahulu adalah dosa, sekarang adalah ladangnya pahala bagi mereka.

“Terkadang kita harus melalui pertarungan yang berat untuk meraih cinta kita yang lebih indah di mata Allah melalui pernikahan yang sah.”

Riyan Al Fajri. Berbaring dengan pulsa HP yang kosong. 12 Agustus 2011. 15.45.

Komentar

  1. salam blogger STAN

    Numpang lewat... :D

    BalasHapus
  2. Salam kepada semua orang, Allah pasti akan menjawab semua pemberi pinjaman palsu ini yang mencuri uang kita dengan menyamarkan uang pinjaman kepada kita, mereka datang dengan segala bentuk ucapan manis seperti memberi pinjaman dengan tingkat bunga rendah 2%, semuanya scam kecuali Ibu yang baik. Rossa Stanley perusahaannya adalah satu-satunya pemberi pinjaman sejati dan sejati yang meminjamkan dengan tingkat bunga 2%, inilah ceritaku, nama saya annisa dari bali, pemilik restoran, jangan tertipu atau takut pinjaman itu tidak bisa didapat dari internet, itu mungkin dan saya adalah penerima pinjaman internet. Saya membaca beberapa komentar Anda tentang bagaimana Anda scammed, Ya mereka scammers, dan mereka juga pemberi pinjaman yang sebenarnya. Dan ibu rossa adalah salah satunya. Karena banyak kreditor scam saya awalnya skeptis, namun memutuskan untuk mencoba dan melihat kembali ibu Rossa menyetujui permintaan pinjaman saya dan saya telah mengkreditkan pinjaman saya dengan tepat Rp150.000.000,00 ke Rekening BCA saya, saya harus mengakui ketika mendapat uang, saya terkejut dan Masih kaget sampai tanggal, meski ada beberapa yang menolak karena tidak bisa memenuhi syarat pinjaman. Tapi saya dikabulkan karena keseriusan dan ketegaran saya, banyak yang akan menghubungi ibu rossa tanpa menjawab dan ketika pinjaman mereka dibatalkan, mereka akan memohon kepada ibu rossa tapi bagi saya saya serius dan memantau hal-hal dan sebelum saya mengetahuinya, saya mendapatkan pinjaman saya, dan ketika saya bertanya kepada ibu rossa bagaimana saya menunjukkan penghargaan untuk mengeluarkan saya dan keluarga saya dari kemiskinan dia meminta agar saya membagikan berita tersebut kepada semua orang di sekitar saya di Bali, dan hari ini saya memutuskan untuk menuliskannya di sini sehingga orang tidak akan jatuh pemberi pinjaman palsu yang menuntut biaya pendaftaran, tuntutan ibu hanya untuk keseriusan dan rasa hormat Anda dan pinjaman Anda akan ada di rekening bank Anda dan sekali lagi saya mengatakan bahwa ALLAH memberkati perusahaan pinjaman rossa stanley untuk hal ini baik untuk orang-orang di benua ASIA dan UNITED NATIONS (PBB) untuk mendukungnya, Anda bisa menghubungi pusat layanan pelanggan rossa stanley dengan menulis layanan pelanggan melalui surat Rossastanleyloancompany@gmail.com, jika Anda ragu dan perlu klarifikasi mengenai apapun atau isu merasa bebas untuk menulis saya annisaberkarya@gmail.com atau suami saya agungabdullahi@gmail.com Saya melakukan dengan sangat baik dalam bisnis restoran saya, dan membayar cicilan pinjaman saya pada saat jatuh tempo, ibu Rossa benar-benar Allah dikirim ke Dunia ini.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer