Pencurian dimana-mana (Riyan Al Fajri)
Ini sekelumit kecil kisah yang ada pada diriku. Bukan suatu yang besar. Bukan pula suatu yang kecil. Semua nya memiliki hubungan radikal yang fundamental. Kenapa radikal fundamental? Paduan kata ini sepertinya lucu untuk dipergunakan. Tapi inilah kenyataannya. Ini dikarenakan suatu hal yang disebut dengan perubahan mendasar dan menyeluruh. Oleh karena itu penggunaan kata Radikal Fundamental adalah pilihan terbaik untuk mengambarkan apa yang saya pikirkan malam ini.
Berada dalam alunan lagu klasik dari kisaran pukul 21.00 malam hingga pukul 01.57 saat saya mulai menuliskan note ini, kepala saya dipenuhi oleh banyak ide-ide mati yang sepertinya sudah sangat busuk dan tidak patut untuk keluarkan. Terlalu naïf jika saya tetap menyembunyikannya. Ya terlalu naïf. Oleh karena itu, hal ini perlu pelampiasan. Dan sekali lagi saya memilih tulisan dalam pelampiasan segala sesuatu yang ada dalam kepala saya. Karena kata orang bijak, “Jangan biarkan idemu hilang karena engkau terlalu malas untuk menuliskannya”. Saya pernah kehilangan banyak ide karena sifat malas saya yang selalu muncul pada hari hujan. Ketika saya memikirkan ide itu terasa begitu exciting tapi seiring hujan merubah mood saya untuk melupakan ide-ide kecil itu. Kali ini tidak akan terjadi hal yang sama. Oleh karena itu, ide ini saya tuliskan untuk bisa diiingat, dibaca dan diketahui oleh orang-orang yang membutuhkannya.
Kembali pada hubungan radikal fundamental tadi. Tiba-tiba terbersik dalam pikiran saya, terkadang agama bisa disimpulkan hanya dengan dua hal besar saja, pahala adalah ketulusan dan dosa adalah pencurian. Contoh pahala, ketika berkata, ucapan yang tulus yang tentunya akan diisi kebenaran. Ketika membantu orang luka, dengan ketulusan yang tentunya akan membantu mereka dengan sungguh. Sama seperti dosa, berbohong, kita mencuri hak seseorang untuk mengetahui suatu kebenaran. Membiarkan orang terluka, kita sudah mencuri hak mereka untuk bisa diselamatkan. Hanya ketulusan dan pencurian.
Berbicara Pencurian, kita tidak perlu terlalu susah untuk mengetahui terjadi pencurian disuatu tempat. Yang artinya sudah terjadi “dosa” diantara kita. Media telah membantu kita untuk mengetahui nya. Sebut saja kasus-kasus korupsi yang memenuhi pemberitaan media di Negara ini. Ini adalah bentuk pencurian yang ekstra ordinary. Hal ini Karena korupsi sendiri adalah kejahatan yang lebih kejam daripada kejahatan kemanusiaan. Kenapa saya berkata seperti itu? Coba pikirkan, andai kata, seseorang korupsi, apa yang ia lakukan? Ia mengambil uang yang seharusnya digunakan untuk suatu proyek untuk rakyat. Bagian “kecil” yang ia ambil bisa saja menjadi “hidup-mati” jutaan rakyat yang membutuhkan uang itu. Ada yang tidak makan hari itu. Ada yang kurang gizi hari itu. Karena siapa? Karena mereka yang telah mencuri hak mereka untuk bisa makan, untuk bisa mendapat gizi yang memadai. Andai saja, andai saja mereka tidak mencuri.
Well, terlalu berat kita berkata-kata tentang para pejabat. Belum kapasitas kita berbicara layaknya mereka yang sudah menjadi orang-orang yang terhormat. Nanti mereka akan marah pula kepada kita. Semakin besarlah pencurian mereka nantinya. Sudah mencuri uang rakyat, marah menyebabkan mereka telah mencuri hak rakyat untuk berpendapat. Betulkan?
Nah, Sekarang cukup kita lihat dikalangan pelajar. Berapa banyak pelajar yang bolos sekolah setiap hari? Kenapa saya pertanyakan mereka yang bolos sekolah? Lucu saja bolos dikaitkan dengan mencuri. Siapa yang mencuri coba? Lalu apa yang dicuri? Untuk menjawab hal ini kita harus tahu, bagaimana kita bisa belajar? Karena ada biaya kan? Kalau bukan biaya dari orang tua, maka biaya dari pemerintahlah yang membiayai pendidikan kita. Lalu bagaimana pelajar yang bolos? Dengan yakin kita bisa katakan mereka telah mencuri. Mereka telah mencuri arti suatu kepercayaan dan menyisahkan pengkhianatan pada Negara dan orang tua. Mereka telah mencuri waktu dan tenaga orang tua mereka untuk membiayai pendidikan mereka. Mereka telah mencurinya.
Ternyata pencurian dikalangan pelajar ini tidak terjadi begitu saja. Ada penyebabnya. Apa? Apa yang menyebabkannya? Guru. Kata orang bijak, ”Guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Bagaimana tidak pelajar akan berhenti “mencuri” jika gurunya saja mencuri. Wah, bagaimana guru mencuri? Terlalu jahat jika kita berkata guru mencuri. Tapi ini adalah kenyataannya. Sebut saja guru yang tidak mengajar sesuai jam nya. Bagaimanapun sang guru yang tidak mengajar sesuai dengan tugasnya misal dia mengajar 2 jam tapi hanya memenuhi 1 jam saja tetaplah mencuri. Mencuri hak pelajar untuk belajar bersamanya selama dua jam. Betulkan? Bagaimana pun meski hanya urusan waktu, itu tetap disebut mencuri. Ya kan?
Coba bayangkan, jika guru sudah mencuri. Pelajar sudah mencuri. Pejabat sudah mencuri. Lalu siapa lagi yang tidak akan mencuri? Kita? Bahkan diri kita sendiri terkadang sering melakukan pencurian. Ya kita sudah melakukan pencurian. Apa buktinya? Bermalasan. Setiap orang dari kita pasti pernah bermalasan. Tidakkah kita tahu bahwa bermalasan itu bisa disebut pencurian? Yah pencurian. Pencurian terhadap hak diri kita untuk berkembang. Terlalu banyak yang mencuri. Lalu siapa lagi yang tidak mencuri sehingga ia menjadi orang yang tidak berdosa? Kita perlu menemukan orang-orang super yang tidak pernah mencuri agar mereka bisa menjadi guru yang bisa mengajarkan pelajarnya untuk tidak mencuri. Agar mereka bisa menjadi pejabat yang tidak mencuri uang-uang rakyat. Agar mereka bisa menjadi kita yang tidak mencuri waktu kita sendiri untuk kebaikan kita. Tapi dimana bisa menemukannya? Perlukah kita bertanya pada rumput yang bergoyang? Tidak. Tidak perlu. Karena mereka yang tidak mencuri itu ada disini. Siapa mereka? Mereka adalah kita. Kita yang mulai saat ini bersungguh-sungguh tidak akan mencuri lagi. Kita. Mereka adalah kita.
“ketika kita ingin menemukan orang super, jangan terlalu jauh melihat keluar. Lihatlah ke diri kita. Ternyata ada orang super dalam diri kita yang tidak pernah mendapat pengakuan dari kita. Akuilah, dan jadilah super. Untuk selamanya”
Riyan Al Fajri, terbangun karena SMS dari SPEAK (Spesialisasi Anti Korupsi) yang mengatakan saya diterima sebagai pengurus LitBang, 29 Juni 2011, 02.44 WIB.
Komentar
Posting Komentar