Instagraming

Catatan Mahasiswa Galau: Negeri 5 Menara, Flashback Masa SMA (Riyan Al Fajri)

                Aku yakin membaca dengan judul saja orang-orang akan mengerti kemana arah tulisan ini. Aku juga tidak menyangkal bahwa aku sedang ingin bercerita. Ya sebuah cerita. Aku tidak yakin akan menarik atau tidak, namun bagiku tidak ada yang lebih menarik selain bagaimana aku bisa berbagi dengan orang lain. Memang terkadang banyak yang tidak menyukai, namun inilah aku. Galauers yang ingin selalu berbagi.

                Cerita ini aku mulai tadi pagi, bangun seperti biasa untuk shalat subuh, lalu tidur lagi untuk menikmati mimpi di lelapan sesi ke 2. Tumben sekali tidak ada mimpi kali ini. Bangun lagi mandi, pergi rapat Litbang SPEAK, lalu pulang, tidur lagi bangun jam 2, pergi kuliah diserbu hujan. Basah kuyup. Pulang lagi, ganti baju. Pergi lagi. Tapi tidak terlalu basah lagi namun kaus kaki sangat basah. Apa boleh buat, sudah sampai dikampus, harus kuliah. Nyaman ataupun tidak nyaman. Masuk ruangan, panas, tidak ada AC seperti ruangan lain. Gerah. Aku yakin semua mahasiswa dikelasku merasakan yang sama. Pulang kuliah, rapat SPEAK lagi. Membahas masa depan organisasi. Hm, berat. aku pun tidak habis pikir mau dibawa kemana organisasi ini. Disaat yang sama rapat lagi di Rumah Riau, semacam organisasi daerah namun sifatnya lebih kekeluargaan daripada sebuah organisasi. Nikmat hari ini. Begitu alam pikirku berimanjinasi.

                Akhirnya aku masuk ke XXI. Nonton film. Katanya film ini inspiring.  Well,aku juga berpikir sama. Tidakpula aku bisa sembunyikan bahwa ada memori lain yang timbul. Sekali lagi, inspiring. Saat film berputar, aku tidak yakin memori disimpan diotak sebelah mana. Apa itu sebelah kanan atau kiri. Aku hanya meyakini tubuhku seperti kembali kemasa-masa aku botak. Ya botak.

                Aku tidak terlalu yakin dengan tanggal nya. Mungkin 11 Juli 2007. Iya, sekitaran tanggal itu, hari pertama kali aku botak. Tidak hanya botak, itu hari pertama aku push-up disuruh bukan untuk mendapatkan nilai olahraga. Mengingat ini, aku seperti berada didepan tulisan besar, tulisan yang bertuliskan “SMA Negeri Plus Propinsi Riau”.

                Aku tidak ingin mengatakan melihat sosok Alif dalam Negeri 5 Menara sebagai reinkarnasi perasaanku saat ini. Aku yakin semua siswa disana merasakan hal yang sama. Pertama masuk, tidak terlalu kenal. Aku bahkan tidak berkenalan dengan teman sekamarku, Kurniawan, ketika itu. maklum, anak baru. Kemudian kenalan, hm, kumpul lantai. Pemilihan RT dan Wakil RT sebagai pimpinan teman-teman di lantai 3 Asrama 1. Menariknya, Kurniawan menjadi RT dan aku wakilnya. Sebuah pasangan yang sempurna untuk RT dan wakil. Berada dikamar 16. Kamar terluas dilantai 3. Satu kamar pula lagi. Sama-sama mantan ketua OSIS di SMP masing-masing, sama-sama punya gaya berbeda.

                Itu saja memoarnya? Tidak. Bathinku juga berkata, aku tidak akan seperti ini tanpa orang yang melatihnya. Ingat pertama kali kita lari. Alasan simple, terlambat shalat. Masbuk. Ketinggalan satu rakaat, aku tidak ingin mengatakan siapa nama pembinanya, namun beliau sangat luar biasa. Lari keliling perumahan guru dan rumah makan. Aku taksir jaraknya lebih dari 1 km karena biasanya 3 atau 4 putaran. Lelah? Well, semua anak baru memikirkan hal itu. apalagi kalau tidak shalat, lari dengan rute yang sama ditambah mengangkat kasur sendiri. Aku pernah mengalaminya 2 atau 3 kali. Memang ketika dihukum malu rasanya. Apalagi kalau melewati asrama putri, meski tidak ada yang mengintip kita lari, tetap saja hari ini merasa malu. Aku juga tidak perlu menyembunyikan bagaimana rasanya disuruh push-up. Well, hasilnya otot perut bisa dihitung lah. Sebulan saja terus-terusan mendapat hukuman ini, kita sudah menjadi seperti atlet. Sayang sekali, aku termasuk golongan anak baik yang jarang dihukum. Butuh waktu 8 – 9 bulan untukku membentuk tubuh. Memang tidak ideal, tapi cukuplah untuk mengurangi berat badan.

                Sosok sahabat pun aku tidak pula lupa. Aku tidak tahu bagaimana dengan mereka. namun bagiku, mereka adalah sahabatku. Aku bisa sebut nama Aulia, seorang teman dari desa yang tinggal dikamar sebelah ku. Lalu ada jamil, ketua OSIS diangkatanku. Irfan, penulis sejati. Yudi, inspiring person. Sabar, Anwar, Feri, dan Fajri, yang karakternya mirip dengan Baso. “Astaghfirullah”, ucap mereka jika melihat wanita secara berlebihan. Masih ada banyak nama, Kharisma, Harits, dll. Aku akan kesulitan jika harus menyebutkan satu persatu nama-nama ini. Karena jika aku tidak salah, aku punya sahabat 95 orang diangkatanku.

                Diantara mereka semua, mungkin, kisah terlalu banyak aku bagi dengan Irfan dan Aulia. Aku tidak ingin mulai mengingat bagaimana kami bercerita di parkiran ujung sekolah. Tentang hidup. Tentang cita-cita. Aku masih ingat apa yang mereka katakan. Irfan, ingin menjadi pengusaha. Aulia, ingin menjadi camat lalu bupati. Dan aku ingin menjadi … Masih menjadi tanda tanya dalam hidupku.

                Begitu pula, disaat teman sekamarku Drop Out. Aku biasa memanggilanya Rick, nama pendeknya dariku. Negeri 5 Menara menghadirkan sosok Baso yang harus pulang ke Goa merawat neneknya dan semua haru dalam tangis melepas Baso. Well, itu terjadi pada Rick. semua siswa menangisi kepergiannya, kecuali aku. Ya kecuali aku. Aku, teman sekamarnya, sedang terbaring koma dirumah sakit karena operasi. Aku tidak tahu bagaimana perasaan kalian ketika kehilangan sahabat terbaik disaat kalian sadar, tapi bagiku, disaat aku bahkan tidak bisa berpikir, aku merasa kehilangan. Ketika sakit, sahabatku ini yang pertama kali mengajakku ke klinik. Mengingatkanku shalat malam. Mengambilkan makanan untukku. Pada saat aku terbaring, ia harus pergi meninggalkan sekolah selamanya. Aku tidak tahu dan bingung menentukan mana yang harus aku keluarkan, penyesalan atau air mata.

                Bagiku, bukan hanya itu. Semuanya. aku, aulia, irfan,Rick, jamil, anwar, sabar, fajri, dan seluruh anak angkatan serta kalian. Kita sedang menuju apa yang Kita cita-citakan. Aku pun tidak sedang bicara menara apa yang ingin coba aku bagi untuk kalian. Aku juga tidak sedang berlomba dengan mereka, Negara mana yang akan aku hampiri terlebih dahulu. Bisa jadi Inggris, Malaysia, SIngapura, Australia, Amerika, ataupun Mesir. Aku hanya sedang berbicara bahwa kita, apakah itu aku, mereka, ataupun kamu, sedang menuju suatu tempat. Suatu tempat yang biasa disebut masa depan.

                Aku bisa katakan, mungkin, aku rindu dihukum push-up, squat-jump, lari mengangkut kasur, jalan jongkok, ambil posisi, cabut rumput dimesjid, bersihkan toilet, ataupun bersihkan Tempat Pembuangan Akhir. Kita punya kisah atas hal itu. aku juga tidak membohongi bahwa daripada aku hanya merindui momen-momen itu, aku lebih baik menatap masa depan.

               Bukan. Aku bukan ingin pergi. Aku hanya ingin suatu saat nanti. kita semua berkumpul saat kita telah menjadi orang besar. bukan ketua partai, bukan pula anggota DPR, ataupun Gubernur Riau. meski nantinya harus ada salah seorang dari kita yang menjadi representative kita sebagai balas budi kepada masyarakat Riau. orang besar yang aku maksud adalah orang yang siap memberikan ilmu dan membaginya kepada setiap orang. Aku mempersiapkan diriku untuk sebuah cerita yang bisa aku bagi untuk kalian. Aku pun berharap seperti itu. kalian mempersiapkan yang sama untuk ku. Dimanapun kalian sekarang, jauh atau dekat, Man Jadda Wa Jada. Barang siapa yang bersungguh-sungguh maka dia yang mendapat. Semoga kita bertemu di Menara Eiffel. Paris, we’re gonna make this happen. Salam hangat dariku.

"Untuk tertanda Sahabatku dimanapun dan siapapun, tidak hanya untuk angkatan SMA ataupun SMP, siapapun kalian, dimanapun kita bertemu, untuk kalian sahabatku, Man Jadda Wa Jada. Bersama kita berikan yang terbaik untuk Negara dan Agama. Selagi bersungguh-sungguh, Allah akan selalu memberi jalan. Man Jadda Wa Jada"

[Riyan Al Fajri. Terinspirasi setelah menonton film Negeri 5 Menara. Selasa, 13 Maret 2012]

Komentar

Postingan Populer