Instagraming

Catatan Mahasiswa Galau: Organisasi Sehat, Mahasiswa Hebat (Riyan Al Fajri)

                Masa kuliah adalah masa membangun kualitas mumpuni. Tidak peduli rintangan apapun, masa kuliah menghadirkan kisah-kisah baru dalam kehidupan ababil (Abg Labil). Pola yang dibentuk tentu lebih khas dan lebih kompleks mengingat ini adalah masanya mahasiswa, terdiri dari kata maha  dan siswa. Apapun yang tersedia dimasa kuliah sudah tentu levelnya lebih tinggi daripada masa sekolah.

                Hal ini dapat ditunjukkan dalam semangat berorganisasi. Tidak sedikit mahasiswa yang dimasa SMA nya kurang tertarik aktif di OSIS ataupun ROHIS, dimasa kuliah mereka bertransformasi 180 derajat. Bukan hanya aktif, malah sering turun ke jalan. Biasanya dengan sebutan “Aksi” biar terkesan lebih elegan mengingat yang melakukannya adalah mahasiswa. Walaupun kadang kuliah disisihkan. Kita tidak tahu pasti pertimbangan macam apa yang dilakukan mahasiswa “macam” ini namun itu adalah fenomena yang tidak dapat kita helakkan.

                Lantas bagaimana? Kita tidak bisa membohongi kenyataan bahwa terkadang mahasiswa miss-control. Perlu ada kontrol yang kuat dan tepat untuk memperbaiki ini semua. kita tentu tidak mau mahasiswa yang memiliki potensi besar untuk membangun Negara melalui karya tersisihkan dijalanan hanya karena tidak tepat dalam penanganannya. Perbaikan setidaknya perlu dilakukan pada keorganisasian mahasiswa agar sudut pandang mahasiswa sebagai agent of change berubah dari Speaker kepada innovator. Selama ini, konsep agent of change yang dibanggakan mahasiswa adalah mereka menyuarakan jeritan hati rakyat. Itu benar. Namun itu masih dalam kerangka yang kecil. Dalam kerangka yang lebih besar, seharusnya, mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmunya sehingga mencerahkan masyarakat. Jadi ada upgrading level pada mahasiswa, dari kritikus menjadi pemicu perubahan melalui aksi nyata menciptakan karya atau biasa kita sebut innovator.

                Hal tersebut tidak akan terjadi jika dan hanya jika organisasi kemahasiswaan tidak mengakomodir visi tersebut. Organisasi yang cenderung sederhana dan tidak memiliki kontrol efektif biasanya hanya akan memunculkan kreasi yang luar biasa namun tidak tertata secara organisasional.

               Misalkan organisasi X. organisasi X memiliki 5 bidang yang masing-masing memiliki satu orang kepala bidang. Sedangkan tampuk kepemimpinan organisasi X dimonopoli seorang ketua dibantu sekretaris jenderal dan bendahara untuk mengatur administrasi dan keuangan. Masing-masing bidang memiliki program. Mereka menjalankan program dan terkadang sangat sukses. Hanya saja ada sebuah gap. Ketika bidang-bidang itu berdikari dengan patokan hanya pada seorang ketua, ketua haruslah orang yang paling bijaksana memutuskan perkara. Apabila ada kejadian seorang anggota yang mangkir dari tugas, aduan jatuh pada ketua. Ia yang harus menyelesaikan.

              Tapi bagaimana jika saya tawarkan bentuk organisasional seperti ini, Ketua memiliki wakil. Ketua membidangi 3 bidang dan wakil ketua membidangi 2 bidang. Ketua dan wakil melakukan kontrol terhadap bidang-bidang tersebut sesuai dengan yang dibidanginya. Kemungkinan mahasiswa yang mangkir akan ditekan sedini mungkin.

               itu hanya contoh sederhana, ada banyak variasi dalam keorganisasian yang bisa dibentuk. Jadi dari permisalan diatas saya ingin menyampaikan bahwa organisasi kemahasiswaaan seharusnya memiliki kemampuan untuk mendidik anggotanya. Kita bisa lihat Ketika organisasi dilakukan secara kekeluargaan, ikatan emosi yang kuat akan lahir namun proses keorganisasian cenderung mengalami konflik pembagian tugas. Sedangkan ketika organisasi memiliki kontroler untuk memastikan jalannya organisasi sudah sesuatu visi dan misi organisasi. Kejelasan tugas akan membangun sense of belonging  yang lebih tinggi karena tanggung jawab yang jelas. Pemupukan tanggung jawab akan berpengaruh pada kepribadian mahasiswa. Dan itu bisa menjadi bagian dari proses didikan organisasi.

              Misal mahasiswa diharapkan nantinya menjadi orang yang bertanggung jawab, transparan, akuntabel, tetap bersemangat dan cepat tanggap setelah menjadi bagian dari pemerintah. Seharusnya dimasa kuliah, mereka perlu dipupuk secara organisasional dengan tanggung jawab mengemban acara, mendidik membuat laporan pertanggungjawaban acara yang benar, melakukan diskusi terhadap perkembangan terbaru dari dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara, atau membiasakan mereka dengan sistem pengawasan yang ketat sehingga mereka bertanggung jawab, transparan dan tetap bersemangat.

               Hal ini diharapkan tidak ada lagi mahasiswa yang bolos demi menyuarakan jeritan rakyat. Ketika tanggung jawab telah dipupuk, mahasiswa akan merasa bersalah jika mereka meninggalkan kuliah. Memang, belajar bisa dilaksanakan dimanapun bahkan di toilet pun bisa. Namun, untuk hal yang tanggung jawab sesederhana “kuliah” saja mahasiswa sudah meninggalkannya, bagaimana mungkin mahasiswa siap diberikan tanggung jawab yang lebih besar? hal inilah yang seharusnya dikuatkan dengan peran organisasi sebagai pendidik mahasiswa. Penguatan soft skill yang diperankan oleh organisasi kemahasiswaan seharusnya mampu mendidik mahasiswa menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab. Dan hal tersebut tidak akan terjadi jika dan hanya jika organisasi tidak sehat. Karena organisasi sehat akan menciptkan mahasiswa yang hebat. Oleh Karena itu, mulailah dengan menyehatkan keorganisasian mahasiswa. Semangat!

“Agent of change tidak hanya sebatas menyuarakan jeritan rakyat. Itu hanya kerangka kecil. Dalam kerangka yang lebih besarm agent of change menyuarakan pada mahasiswa untuk menjadi innovator atas perkembangan. Baik itu teknologi, pemikiran, ekonomi dan bahkan kebudayaan. Semua itu tidak akan tercapai jika dan hanya jika mahasiswa tidak diwadahi secara tepat, kita tidak ingin potensi mahasiswa berakhir ditepian jalan, organisasi kemahasiswaan seharusnya mampu menyelematkan potensi ini. Tentu saja organisasi harus dibangun secara sehat karena organisasi yang sehat akan melahirkan mahasiswa yang hebat. Yang artinya adalah pemuda yang luar biasa. Dan arti lainnya adalah Indonesia akan Berjaya. Percayalah! Kita mulai dari organisasi kita”

[Riyan Al Fajri. Saat merasakan cemburu yang sangat besar. Selasa, 27 Maret 2012. 21.14 WIB]

Komentar

Postingan Populer