Instagraming

Catatan Mahasiswa Galau: Kurang ( Riyan Al Fajri)

                Aku tidak tahu. Sungguh aku tidak tahu. Ada suatu kekuatan dalam diri ini yang memaksa. Dalam hitungan detik saja aku menggunakan otak ku, aku merasa begitu kurang. Kurang pengalaman, kurang ilmu, kurang bahagia juga mungkin. Pernah beberapa filsuf berkata bahwa hidup ini adalah pertualangan. Tentu pertualangan bukan hanya sekedar duduk didalam kelas, membaca buku, lalu ke perpustakaan, membaca buku lagi, pulang kerumah, membaca buku lagi. Buku memang jendela dunia, dan penting untuk menumbuhkan rasa cinta membaca. Hanya saja, aku merasa itu kurang.

                Dunia tidak hanya tulisan. Menikmatinya lewat tulisan juga bukan tindakan naïf dan hina, bahkan keindahan banyak lahir dari tulisan. Hanya saja, dibalik tulisan-tulisan itu, tidakkah kita ingin mengenal dunia yang sebenarnya? Menikmati setiap inchi ciptaan-Nya secara nyata? Allah tidak mungkin capek-capek menciptakan dunia hanya untuk diabadikan lewat tulisan oleh beberapa orang lalu orang lain menikmatinya lewat tulisan mereka. Gunung-gunung yang indah, taman bunga yang cantik, peninggalan sejarah yang eksotis, Allah ciptakan itu dinikmati oleh manusia dan mengkonversinya menjadi jalan menuju surga.

                Aku tidak tahu apa yang ingin aku sampaikan, ini hanya seperti akumulasi ketidakpuasanku terhadap kegiatan yang tidak memuaskan ini. Terasa ini seperti telah menyia-nyiakan masa-masa kemahasiswaan. sangat menyiakannya. Sebagian dari kita hanya terjebak pada peraturan perundang-undangan, angka-angka estimasi dan analisis, tulisan-tulisan keilmuan. Padahal dunia tidak hanya undang-undang, angka-angka dan tulisan-tulisan itu saja.

                Kepuasan adalah hal utama yang ingin aku dapat. Kepuasan maksudku adalah pengalaman berharga. Pengalaman mendaki gunung, menyelusuri sungai, menembuh hutan, bersosialisasi dengan orang-orang perbatasan dan pedalaman, menjelajahi peninggalan sejarah dan menikmati pesona budaya nusantara serta beraktifitas dalam organisasi dengan solid dan menciptakan karya untuk bangsa. Dan aku belum mendapatkannya.

                Pernah diri ini berkesempatan mengarungi pulau jawa, Gunung Tangkuban Perahu Jawa Barat, Candi Borubudur Magelang, Keraton Yogyakarta, Pantai Parangtritis Bantul, Keraton Surakarta Solo, kota pahlawan Surabaya, Candi-candi di kota Malang dan indahnya pegunungan di kota Batu, lalu mencoba diskusi Ekonomi dengan orang-orang ahli dan mengikuti program pembentukan karakter dengan tokoh-tokoh nasional. Aku puas dikala itu. jika ada filsuf yang masih hidup didunia ini sekarang, aku ingin mendengar mereka mengatakan bahwa Hidup itu bukan hanya didepan meja tapi menyingsingkan lengan baju untuk berkarya dan berpetualang menikmati keindahan dunia.

                Mungkin, ini hanyalah ekspresi keegoisan. Atau mungkin karena aku yang memang aneh. Tidak peduli seberapa anehnya diri ini, hanya saja, aku merasa kurang. Dan aku perlu berubah untuk memenuhi kekurangan itu. diam dan menyesali setiap detik yang telah berlalu tidak akan membantu apa-apa. Aku yakin itu. aku hanya perlu melakukannya dan tidak menyesali apa yang telah berlalu. Karena jika sekarang aku menyesal, kapan aku akan mulai menikmati yang telah Allah sediakan? Aku yakin bahwa masih ada waktu untuk bisa menikmatinya dan aku tidak boleh menyiakannya.

“Seburuk apapun penyesalanmu, tetap percaya bahwa engkau masih punya waktu untuk menikmati apa yang Allah sediakan untukmu di dunia ini”

[Riyan Al Fajri, Disaat bingung harus belajar dari mana Akuntansi Pemerintah. Minggu, 6 Mei 2012, 16.36 WIB]

Komentar

Postingan Populer