Instagraming

Catatan Mahasiswa Galau: Ini Tidak Adil? (Riyan Al Fajri)


“Terkadang kita merasa keadilan tidak berpihak pada kita karena kita tidak bernasib sama dengan yang lain, tapi sesungguhnya keadilan semacam itu hanyalah menurut pikiran picik kita. Setiap orang punya keadilan masing-masing sehingga sejatinya dari awal tidak pernah ada keadilan yang sama”.

                Tiba-tiba aku ingat kejadian 3 bulan yang lalu. Saat itu ada seorang sahabat yang mengatakan, “Riyan, kau ga paham dengan apa yang aku rasa. Kau selalu dapatkan apa yang kamu mau, aku? Kau mau jadi ketua, kau dapatkan posisi itu. aku ingin jadi bupati mahasiswa, tapi aku ditempatkan sebagai calon wakilnya. Bahkan ketika kau tidak ingin sama sekali jadi ketua ataupun wakil ketua, orang-orang tetap meletakkanmu pada posisi itu. aku? Aku sudah berusaha terbaik untuk sampai diposisi itu, tapi tetap juga ga dipercaya. Kau ga akan pernah mengerti apa yang aku rasa yan! Kau ga belajar tapi IP mu bagus, kau Cuma facebookan tapi tahu perkembangan zaman. Aku? Semakin aku belajar, semakin aku mencoba, IP ku ga pernah lebih dari 2,8 yan! Ga pernah! Aku dah berusaha tapi aku tidak pernah bisa.  Kita beda yan, Keadilan ga pernah berpihak padaku!”

                “Keadilan tidak pernah berpihak padaku!”  aku menggarisbawahi hal ini. seorang filsuf pernah berkata, “Keadilan tidak akan datang jika kita berdiam diri dan ia akan hilang apabila kita bersikeras menginginkannya, bukan karena dirampas tapi karena kita sendiri yang membuangnya”. Kamu mengerti? Aku tidak.

                Kita bisa menginginkan posisi apapun, tentu yang lebih menantang daripada posisi kita sekarang. Tapi apakah itu cukup? Bisa jadi, dengan mudah kita bisa menjadi seorang ketua tapi setelah itu? kita tidak akan menjadi mulia tiba-tiba hanya dengan menjadi ketua. Kita juga tidak akan menjadi terhormat tiba-tiba dengan mendapatkan nilai terbaik. Tidak.

                Semuanya butuh proses. Orang meletakkan kepercayaannya kepada kita dari proses yang kita jalani. Kita bisa merasa yang terbaik, terloyal ataupun terhebat. Tapi tidak semua orang berpikiran sama dengan kita. kita mungkin bisa merasa yang paling banyak berkorban, paling kuat usahanya, tapi tidak semua kondisi mengakui usaha kita.

                Ada orang yang dapat A, B dan C. mereka punya mimpi yang sama, mendapat nilai A. tapi kenapa ada yang mendapat B dan C? sejatinya bukan karena tidak mampu, tapi karena memang harus bersabar terlebih dahulu. Kondisi yang menjadikannya merasakan bagaimana rasanya mendapatkan B dan C. tentunya kita tidak akan tahu bagaimana perasaan orang yang mendapat B dan C jika kita terus-terusan mendapatkan A bukan? Kita diberi kesempatan untuk merasakan pengalaman itu. apakah itu sebuah keadilan?

                Lalu ada orang yang menolak menjadi pemimpin disebuah organisasi. Tapi orang-orangnya memilihnya. Orang yang menginginkan itu sama sekali tidak dilirik. Kenapa? Kemampuan? Tidak juga. Terkadang kita memang harus tidak memiliki apa yang kita harapkan agar kita bisa belajar untuk bisa menjadi lebih baik dimasa depan. Kualitas, loyalitas ataupun kreatifitas bukan hal yang penting. Karena semua orang bisa memilikinya. Dia hanya perlu berusaha sedikit lebih kuat saja. Tapi kesabaran dan pengalaman, hanya orang-orang yang merasakannya yang memilikinya.

                Ingat, kita tidak perlu menjadi yang terbaik hanya untuk memiliki pengalaman berharga. Karena pengalaman berharga lahir disetiap kegiatan kita andai kita bisa memaknainya. Kita juga tidak perlu menjadi yang paling berkuasa hanya untuk memiliki memori yang indah, karena memori selalu ada disetiap langkah yang kita ambil bersama. Naïf? Tidak. Ini sederhana. Keadilan bukan untuk kita cari karena ia telah ada. Keadilan bukan pula untuk kita pertahankan karena ia adalah hikmah. Kita hanya perlu membuka mata lebih lebar untuk melihatnya.

“Ini bukan tentang sebuah bentuk keadilan. Ini hanyalah tentang bagaimana kamu bisa melihat keadilan tanpa harus merasa terpinggirkan dan terlupakan”.

Komentar

Postingan Populer