Instagraming

Catatan Mahasiswa Galau: Pemuda Merdeka? (Riyan Al Fajri)


“Kalau kita mencari demokrasi hendaknya bukan demokrasi barat tetapi permusyawaratan yang memberi hidup, yakni politik economische demokratie yang mendatangkan kesejahteraan sosial” [Ir.Soekarno]

                Aku bingung, kata orang negeri ini sekarat. Utang melimpah, rakyat miskin merajalela, pengangguran dimana-mana, dan manusia sudah tak berbudaya. Ah itu bukan kata pemerintah. Pemerintah bilang hutang kita belum sampai 30% PDB, defisit APBN hanya 1,6%, pertumbuhan ekonomi 5,6%, utang luar negeri kita berkurang drastic. Wah luar biasa, katanya. Padahal kita tetap saja punya utang luar biasa, orang miskin tetap banyak dimana-mana dan APBN habis bayar subsidi dan bunga. Oh negera adamu membawa sengsara.

                Aku heran, ini negeri bagaimana? Bermaksiat tempatnya dihancurkan, orangnya dipenjarakan. Beribadah tempatnya disegelkan, orangnya ditekan. Rusuh. Katanya negeri beragama tapi kenapa polisi tidak beretika? Ah, hari ini bicara etika? Bisa kasih harta, urusan selesai serta merta, tentara menyombongkan senjata pada rakyat jelata, kesatria mungkin istilahnya. Dan kita masih bicara etika?

                Aku bimbang, ini negara mau dibawa kemana? Pencuri dibela-bela, sama orang besar negara. Pembawa narkoba diberi rasa iba. Katanya mempererat hubungan negara. Benarkah? Atau karena ditekan “mereka”? Suriah bersenjata, negara hanya rapat saja. Myanmar memperkosa, negara diam saja. Ah, lucunya. Dan bangganya segajah karena kasih orang uang Devisa. Katanya kita udah sejahtera dan kuat ekonomi negaranya. Kuat?

                Ya itulah negara Indonesia. Katanya dasarnya Pancasila tapi pemilukada tidak dipilih dewan daerah. katanya lebih demokratis, padahal pancasila itu permusyawaratan yang telah dianggap najis. Ah, tragis. Musyawarah bukan jalan yang bisa dipercaya karena dewan telah gila harta. Katanya. Lagipula siapa yang memilih orang seperti mereka? buang-buang uang negara! Sudah dipilih tapi tak dikasih kerja.

                Lucu lagi bak sandiwara. Pemerintah yang sudah dewasa dikira main mata. Katanya tidak bicara dengan dewan negara. Aduh, ini siapa yang pemerintah siapa yang pengawas negara? Direksi perusahaan negara harus dikasih tahu dewan negara, untuk apa? kasih uang sedekah? Apalagi proyek pemerintah. Dianggarkan 100 miliar rupiah jadi 2 triliun rupiah belum ada ujung selesainya. Wah, luar biasa.

                Ya inilah negara Indonesia. Katanya ingin rakyat sejahtera, tapi pejabat lewat rakyat dimarah. Disuruh minggir agar dia tak terlambat rapat negara. Rapat negara? Untuk apa? menghabiskan uang negara? Orang miskin makin sengsara, orang kaya makin meraja. Ini rekayasa? Tidak juga. Buktinya ada. Bayi-bayi busung lapar di daerah sana, anak-anak tidak sekolah dinegeri sana, rakyat makan apa adanya di propinsi sana. Pakaian? Compang camping udah biasa, dinegeri sana orang bahkan tidak ada celana. Koteka sih penggantinya. Dan apa kerja pejabat negara? Gaya-gaya? Atau tamasya keliling dunia?

                Mungkin negara ini sudah tidak punya masa depan yang cerah. Ah tidak. Bayangan saja. Negara ini luar biasa. Jangan salah, yang tadi itu Cuma kekesalan saja. Buktinya? Prestasi pemuda luar biasa. Olimpiade sains internasional kitalah sang juara. Kreatifitas pemuda? Indonesia tiada duanya. Iklim bisnis juga tidak kalah dengan eropa. Mereka hancur resesi bersama dunia, Indonesia, cina dan india malah naik ke ujung dunia. Ekonomi nomor 16 sih kata pemerintah kita. tapi, tak banyak kabar beritanya. Kenapa? Mungkin salah media. Ya media!

                Soeharto mengalah, reformasilah Indonesia. Pers menggila katanya perlu dilindungi haknya. Bicara sini-sana, tulis yang bikin panas telinga, siarkan yang burukkan negara. Katanya, hot news is the good news lah. Itu hasil apa? demokrasi barat ala Indonesia. Kenapa bisa? Kita bicara sekena saja. Tidak bertanggung jawabpun tidak apa-apa. yang penting bikin tertarik mata dan panas telinga. Biar makin banyak harta. Bahaya. Ah, tidak juga. Banyak orang kaya karena ini saja. Apalagi ini perang antar politikus negara. Satu media punya partai A. satu media lain punya partai si dia. Media yang lain punya partai sana. Ya pemerintahlah jadi bulan-bulanannya. Indah bukan negeri Indonesia?

                Indah bukan hanya dikata. Pemandangan memang tiada dua nya. Dasar laut sungguh luar biasa. Sumber daya orang pun tertarik menjajah bertahun-tahun lamanya. Isu seksi? Dikerebuti oleh manusia durjana. Demi kekuasaan fana berlomba menjatuhkan harkat bangsa. Katanya berkata yang sebenarnya, tapi kenapa prestasi negara tidak pernah disampaikannya? Ya inilah demokrasi barat versi Indonesia.

                Pancasila sudah berada diujung jalan sana. Dia menanti kita untuk menjunjungnya. Pedoman bangsa dan cita-cita negara. Lantas apakah kita akan senantiasa menghindarinya? Kalau tidak, pemilukada akan kembali sedia kalanya. Musyawarah jadi jalan keluar untuk negara. Dewan negara dan derah akan terpilih dengan supremasi tinggi milik rakyat Indonesia. Integritas, loyalitas dan kreatifitas akan kembang dan tumbuh kuat dihati anak bangsa. Pemerintah pun akan bijaksana. Rakyat pasti sejahtera. Akankah kembali kepada pancasila?

                Kita yang bisa menjawabnya. Kita pula yang mampu mewujudkannya. Indonesia adalah negara yang luar biasa tapi ditutupi untuk kekuasaan politik belaka. Indonesia negara yang sedang bahaya tapi tidak disadari oleh pemimpin negaranya. Kita para pemuda punya mimpi yang sama, mewujudkan Indonesia sejahtera. Oleh karena itu, jangan menyerah, pemuda! Perjuangan masih jauh didepan mata. Kita pasti bisa!

“Kita tidak merdeka karena kita menunggu untuk dikasihani Belanda. Kita merdeka karena pemuda memaksa untuk terlaksana. Kita sudah pernah membuat Indonesia merdeka dari penjajah yang durjana, lantas kenapa kita tidak bisa membuat Indonesia sejahtera? Percayalah, kita bisa! Kita hanya perlu usaha yang sedikit lebih giat saja. Kita bisa!”

Komentar

Postingan Populer