Instagraming

Catatan Mahasiswa Galau : Saya Siap Mundur! (Riyan Al Fajri)


Kamis, 12 Juli 2007. Hari ini pertama kali belajar tentang kepemimpinan. Kata pak mantan Menteri Dalam Negeri, kepemimpinan itu bagaikan bola api. Kamu bisa menjadikannya sebagai senjata, tapi bisa pula terbakar olehnya.

Jumat,13 Juli 2007. Kepemimpinan itu omong kosong? Tidak. Aku ingin jadi pemimpin walau tidak ada yang mempercayaiku. Alasannya sederhana, aku sombong kata mereka. Aku belajar lagi bahwa untuk menjadi seorang pemimpin, aku harus rendah hati dan tidak boleh sombong.

Agustus 2008. Pak Kepala sekolah mengatakan pemimpin harus siap mengorbankan waktu. Ia harus berani mengurusi orang lain dan belajar lebih keras untuk memberi pelayanan terbaik. Dan hari itu aku dilantik jadi anak politik.

Oktober 2008. Aku belajar lagi tentang kepemimpinan. Kali ini aku belajar tentang arti sebuah perhatian dan kepercayaan. Seorang pemimpin yang berkualitas tidak ditandai oleh kepintaranya dalam pelajar, tapi kepintarannya mengambil hati teman-temannya. Untuk itu, ia perlu memperhatikannya

Awal 2009. Saat itu ada festival musik dan nasyid yang melibatkan aku sebagai panitia yang direkomendasikan. Hari ini aku belajar lagi bahwa kepemimpinan berarti seirama. Bukan tentang apakah aku benar atau salah, tapi bagaimana menjadi solid dan kuat. Karena aku bisa benar tapi aku tidak didukung. Dan aku bisa salah dan banyak yang mendukungku.

5 Agustus 2009. Adik-adik itu lahir. Aku belajar lagi, bahwa Kepemimpinan berarti ketegasan. Ini bukan tentang kamu kuat atau lemah, tapi seberapa kuat kamu mempertahankan pemikiranmu. Dan dengan itu kamu bisa selamatkan yang kamu pimpin.

Desember 2009. Menjadi orang hebat itu tidak cukup. Kita butuh kehangatan, kasih sayang dan komunikasi yang baik untuk melakukannya. Diam dan menyembunyikan tidak menyelesaikan masalah, malah memperkeruhnya. Apalagi merahasiakan dan memberi mosi tidak percaya. Meskipun aku hanya datang kesebuah pemerintahan desa, tapi aku merasakan begitu pentingnya keterbukaan. Ya keterbukaan.

April 2010. Orang bilang tentang prinsip harus dipertahankan? Iya. Tetap dan harus. Tapi ada hal yang lebih daripada itu. Suasana, aku menyebutnya. Aku bisa untuk berdiri sendiri dan terbang tinggi ke ujung langit yang ku inginkan, tapi apakah aku akan puas setelah sampai di puncak? Aku hanya akan merasakan kesendirian. Untuk itu, kepemimpinan berarti pertemanan. Kita butuh orang untuk berbagi dan bertukar pikiran serta menikmati masa-masa ini, masa saat dibawah dan dipuncak.

                Kepemimpinan. Kita tidak bisa belajar dalam satu hari. Kita juga tidak bisa menjadi hebat dalam waktu satu bulan. Kita pasti punya keunggulan, tapi tentu banyak pula kekurangan. Dalam tiga tahun perjalananku, aku kecewa karena aku belum mampu mengkristalisasi jiwa kepemimpinan itu dihati ini. Tapi bukan berarti dunia berhenti di situ. Waktu terus ditarik ulur, semakin panjang, semakin banyak perjalanannya. Semakin berwarnalah ia.

                Kita tidak sedang berkata bahwa pemimpin harus seperti ini atau itu. Kita hanya perlu mengetahui bahwa apakah kita pemimpin atau bukan, kita belum sempurna. Kita masih berkejaran dengan waktu untuk membangun jiwa ini. Dan kita tentu akan banyak melakukan kesalahan. Kita bisa saja sombong, tidak peduli, merasa hebat atau bahkan lebay. Sekali lagi, kita belum sempurna.

                Aku sempat berpikir, untuk menyempurnakan ini kita harus banyak terjun langsung ke prosesnya. Orang bisa membaca buku dan mendapatkan prosesnya dari sana. Tapi itu tidak cukup. Dia harus sampai dengan menjadi pelaku. Ketika dia menjadi pelaku, jiwa itu akan terdidik oleh prosesnya.

                Aku pun sempat terlintas, bagaimana suatu saat nanti aku mengecewakan orang yang aku pimpin? Aku sempat berpikir untuk mengundurkan diri saat itu terjadi. Tapi apakah aku akan melakukannya? Iya. Aku akan melakukannya. Dan itu sebentar lagi akan terjadi. Ini bukan tentang apakah aku salah atau benar, ini adalah bagian pembelajaran. Belajar, ketika kamu gagal memberikan kepuasan pelayanan, kamu siap untuk mundur.

                Kualitas pelayanan adalah concern utama seorang pegawai negeri. Kita harus benar-benar mempraktekkannya dari sekarang agar pada nantinya kita siap turun. Kepemimpinan bukan masalah kamu punya kemampuan atau tidak, tapi masalah sejauh mana pelayanan berkualitas bisa kamu sediakan.  Kita meyakini, kita rindu dengan orang yang seperti ini di negeri ini. Kalau kita rindu dengan orang yang seperti ini, kenapa kita tidak memulainya dari hari ini dan diri ini?

                Sekali lagi, siap mundur merupakan bagian dari pembelajaran bukan? Kamu hanya perlu meyakinkan hati mu untuk siap meyakinkan orang-orang disekitarmu bahwa kamu mundur karena kamu sudah tidak mampu memberikan pelayanan berkualitas itu. Dan kata pak menteri yang aku idolakan,itulah pemimpin!

“Ini bukan tentang siapa yang benar atau salah. Ini tentang kualitas diri yang harus kamu tingkatkan dalam pelatihan hidup. Percayalah, awalnya berat tapi kamu dapatkan ilmu yang paling berharga yang tidak akan kamu dapatkan jika kamu tidak melakukannya. ^_^”

[Riyan Al Fajri. Saat membaca buku Tarikh Khulafah tentang Umar yang membuang Khalid Bin Walid dari posisinya. Selasa, 11 September 2012. 23.49 WIB]

Komentar

Postingan Populer