Instagraming

Resume Seminar Pernikahan Islam: Cinta Itu Hewan Apa? (Riyan Al Fajri)



“Saat jatuh cinta, aku seperti buta. Toilet bisa jadi istana, padang  rumput bisa jadi surga, meski bulan berlubang-lubang tetap terlihat mulus dimata. Ah, aku lupa itu hanya sabotase mata. Dia tidak sempurna, dan aku mencintainya. Itulah cinta yang sebenarnya bukan imajinasi yang membuatnya jadi sempurna” [Ar-Rushd]

                Suatu hari seorang pemuda mendatangi pak Ustadz, “Tadz, aku jatuh cinta nih”. Ustadz pun berkata, “Dengan siapa?”. Pemuda tersebut menjawab, “Wallahu’alam, Tadz”. “Masya Allah, anak muda. Mana bisa seperti itu jawabannya! Kamu harus tahu siapa!”, sergah pak Ustadz.

               Terkadang, kita senantiasa “menunggu” jodoh bagai kerbau dicocok hidungnya. Kita meyakini jodoh akan datang karena itu janji Allah. Benar, jodoh adalah janji Allah tapi jodoh yang seperti apa itu kita yang mengusahakannya. Mau dapat jodoh yang cantik? Kita yang mencarinya. Mau yang kaya? Kita juga yang mencarinya. Mau yang bagus keturunannya? Kita juga yang harus menemukannya.

                Jadi apa yang harus kita lakukan untuk mencari “makhluk” bernama jodoh ini? CINTA. Kita harus melakukannya dengan Cinta. Cinta bukan sembarang cinta, bukan buta apalagi nestapa. Cinta bukan pula penyiksa yang memberikan luka. Ia adalah realita yang membawa pada surga.

                Perlu diingat, jangan pernah bicara cinta kalau kalau kita belum belum punya yang 4 mata.Mata yang pertama adalah Ilmu. Cinta adalah harus dibarengkan dengan ilmu. Karena cinta tanpa ilmu adalah neraka. Misal, kita menikah. Otomatis kita punya cinta disana. Kalau kita tidak tahu ilmu nya menikah bagaimana, sengsaralah rumah tangga itu. Kita harus mengerti bagaimana menjadi orang tua, pasangan yang baik bagi suami/istri kita, bisa masak dan melayani kebutuhan suami bagi wanita, atau bahkan mengetahui hal mana yang harus kita kurangi agar rumah tangga kita mendapat perhatian penuh kita.

Ali bin Abi Thalib pernah berkata, “Pemimpin itu tergantung pada rakyatnya. Jika rakyatnya cerdas, ia akan memilih pemimpin yang cerdas. Jika rakyatnya bodoh, ia akan memilih dengan kebodohannya”. Dan ketika ada seorang sahabatnya berkata,”Hai Ali, engkau memimpin tidak sepandai Abu Bakar, Umar dan Utsman!”. Ia menjawab dengan sederhana,”Tentu tidak sama! Disaat Abu Bakar dan Umar menjadi khalifah, akulah rakyatnya. Begitu juga dengan Utsman. Tapi ketika aku memimpin, kalian lah rakyatnya!”

                Makna nya apa, jika kita tidak cerdas, tidak berilmu, kita cenderung memilih orang tidak dengan ilmu pula. Ada orang yang menikah karena mengejar harta warisan mertua nya. Itu contoh sederhananya. Ada pula karena kecantikan istrinya. Kita harus paham, kalau kita menikahi wanita cantik, kita punya resiko istri kita digoda oleh orang banyak karena dia cantik. Jadi, carilah wanita yang biasa-biasa jika kita punya rasa cemburu yang luar biasa. Kalau tidak, habislah rumah tangga itu.

                Ingat, jika kita butuh wanita yang cantik, kecantikan sejati itu munculnya karena ilmu. Ia bisa tidak seindah wajahnya, tapi ilmu nya menjadikan ia bercahaya dan kita bangga bisa hidup bersamanya.

                Mata yang kedua adalah yakin. Kita yakin pada seseorang. Misal, wanita itu bernama Annisa. Kita belum mengenalnya tapi kita tertarik padanya. Yakinkan diri kita. Datangi dia, sampaikan maksudmu! Setelah ta’aruf, periksa kesehatannya, apakah ada penyakit turunan atau tidak. Apakah ia penghafal Quran atau tidak.

                Akan berbeda sekali, disaat kita meninggalkan rumah kepada wanita yang sehat atau tidak. Bisa saja saat kita tinggalkan ia pingsan. Akan berbeda pula, saat anak kita tinggalkan dengan seorang penghafal al quran atau tidak. Dengan penghafal al quran, ia bisa menimang anaknya dengan melantunkan Al Quran sehingga anak kita terbiasa mendengarkan Al Quran. Kalau dia bukan penghafal Quran, patut cemaslah jika anak kita didendangkan lagu asmara.

                Berangkat pagi karena tanggung jawab, pulang sore karena cinta. Cinta itulah yang disebut keyakinan. Wanita bukan tempat penitipan anak, tapi ia adalah guru pertama tentang agamanya. Bayangkan ketika kita menikahi wanita yang kurang agamanya, agama seperti apa yang akan diajarkan pada anak kita?

                Mata yang ketiga adalah Ikhlas. Konsep utamanya, pernikahan itu adalah satu untuk selamanya. Poligami adalah solusi bukan tujuan. Ketika kita mendapatkan seorang wanita, itu sudah cukup. Tapi jika ada kekurangan yang menganggu pernikahan dan perkembangbiakan, ada solusinya. Itulah yang kita sebut poligami.

Rasululllah pernah bersabda, “Nikahilah wanita yang penuh dengan cinta dan banyak anak. Agar aku bangga pada umatku yang banyak saat diakhirat nanti”.

                Namun umat yang bagaimana? Umat yang beragama tentunya. Ingat, bukankah kita ingin mendapatkan balasan kebaikan dengan cara kebaikan?  Untuk dapat mengundang itu, maka ikhlas lah. Insya allah, segala upaya akan Allah datangkan kebaikan.

                Mata yang keempat adalah jujur. Ilmu, yakin dan ikhlas akan menghasilkan jujur. Ketika kita mengetahui ilmunya, pikiran kita terbuka. Disaat kita yakin dialah pasangan kita, getaran mulai ada dihati kita. Ikhlas menjadikannya lebih indah. Setelah jujur, jujur melahirkan kata CINTA. Kita jujur telah mencintainya dengan segala pertimbangan yang ada. Dan apapun yang ada pada dirinya, itulah hadiah terindah Allah untuk kita. Ingat, Allah akan turunkan kemuliaan ditempat yang mulia. Disaat kemuliaan telah kita timbang baik buruknya, kemuliaan dari Allah tidak akan pernah menjauh dari kita. Percayalah.

                Ada sebuah kita tentang Umar bin Khattab. Suatu ketika seorang sahabat umar dimarahi oleh istrinya. Istrinya galak dan suka mengomel. Ia tidak tahan. Ia ingin mengadu pada khalifah umar. Kemudian ia datangi khalifah. Didalam perjalanan hampir sampai ke rumah umar, ia melihat umar sedang diomeli istrinya. Dan umar diam sama seperti yang ia lakukan pada istrinya. Tidak dapat bicara. Umar melihatnya lalu memanggilnya.

“Hai, saudaraku. Apa keperluanmua datang kesini?”

“Sebenarnya aku ingin bercerita tentang istriku yang suka mengomel, amirul mukminin. Tapi setelah melihatmu diomeli istrimu, aku urungkan niatku. Aku merasa kita sama-sama tidak berdaya pada istri kita, ya amirul mukminin.”

“Kau mengenalku? Semua orang tahu, jika pedang umar dilepas dari sangkarnya, 40 kepala bisa putus dari badannya. Tapi jika istriku bicara, aku mendengarkan kebaikan darinya, karena bagaimanapun cerewetnya ia, ia lah yang telah melahirkan anak-anakku. Dan aku mendengarkan banyak kebaikan dari mulutnya”.

                Jadi, kalau kita bicara kita. Kita bicara tentang manusia. Kita bicara tentang sudut pandang yang berbeda. Dan tetap saja, sudut pandang itu akan menjadi lebih indah jika kita melihat kebaikan diantara keburukannya. Dan kita bisa melengkapi kekurangannya. Karena pasangan yang sempurna bukanlah pasangan yang berasal dari orang-orang hebat yang cendikia, tapi pasangan sempurna lahir dari orang yang punya kekurangan tapi saling melengkapi dengan pasangannya. Dan jika masih ada pertanyaan tentang apa itu cinta? Itulah cinta!

NOTE:
Tulisan ini merupakan resume dari seminar Half A Deen: Pernikahan Islami ditinjau dari sisi medis. Dan tulisan ini merupakan resume dari ceramah Ust. Subhan Bawazier Lc.
dilakukan di Fakultas Kedokteran UI pada Sabtu, 29 September 2012 08.00-15.00 WIB

Pembicara:
1. Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater
2. dr. Anton
3. Dr. Anieetta Pusponegoro Sp.OG (k)
4. dr. Anita Juniatiningsih Sp.A
5. dr. Yuyun Lisnawati Sp.OG (k)
6. Ust. Subhan Bawazier Lc

Komentar

Postingan Populer