Instagraming

Catatan Mahasiswa Galau: Bukan Sekedar Kuat! (Riyan Al Fajri)

                Kamu Muslim? Kamu Kristen? Kamu Budha? Atau Kamu Hindhu? Lantas apa pentingnya bagiku mengetahui hal itu. Tidak, itu tidak penting. Tapi apakah kamu tahu, sebangga-bangganya kamu pada agamamu, kamu bukan siapa-siapa! Kamu bukan siapa-siapa jika hanya bangga pada agamamu.

                Kita bisa lihat kenyataannya. Konflik di ambon pertengahan 90-an, di poso, di beberapa daerah di Indonesia. Kamu membela agamamu? Aku yakin tidak ada agama didunia ini yang mengajarkan untuk membunuh orang jika tidak bersalah. Tapi kenapa ada banyak bentrokan? Apakah agama salah? TIDAK! Sekali-kali tidak.


                Soekarno pernah berkata,”JAS MERAH! Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah”. Sejarah mencatat ada banyak peperangan karena agama. Perang salib, perang Kristen-katolik di eropa dan dunia, perang hindu-budha zaman lama. Perang karena agama. Hasilnya apa? Kehancuran. Kejayaan sesaat, kerusakan yang ditanggungnya.


                Sudah bukan zaman, yang kuat yang berkuasa. Sudah bukan zaman, yang  banyak yang menang. Sudah bukan zaman, yang hebat yang utama. Sejarah mencatat, Turki Usmani, sebuah kerajaan islam, mampu menaklukkan konstatinopel. Bukan hanya dengan kekuatan islam, tapi juga dengan pasukan elit Janisari (pasukan Kristen Turki Usmani). Apakah konstatinopel hancur? Tidak. Bahkan sampai hari ini masih tegak berdiri kokoh dan lambang negeri itu, Istanbul. Perpaduan dua agama membawa pada keberkahan dan kesejahteraan.


                Turki Usmani memiliki dua agama dalam pasukannya, Kita punya lima agama! Bayangkan kekuatan militer yang seharusnya bisa kita miliki. Kita punya potensi itu. Sejarah mencatat, kalau tidak ada agama budha, maka kita tidak akan mengenal kerajaan sriwijaya yang berkuasa hingga kamboja. Sejarah juga mencatat, jika kita tidak mengenal agama hindu, maka kita tidak akan mengetahui bahwa nusantara pernah disatukan oleh Majapahit dibawah komando Gajah Mada pada masa raja Hayam wuruk. Sejarah pun mencatat, Kristen menjadi kekuatan dimana romawi berhasil menaklukkan negeri-negeri. Lalu islam? Tanpa islam, kita tidak akan mengenal orang seperti Mehmed II sang penakluk, kita tidak akan mengenal Harun Al Rasyid sang khalifah yang penuh charisma, kita juga tidak akan pernah mengetahui kebijaksanaan Umar bin Abdul Aziz, kita juga mustahil bisa mengetahui betapa hebatnya kekuatan cinta Umar bin Khattab. Dan yang terpenting, kita tidak akan pernah mengetahui orang yang paling berpengaruh di dunia ini, Muhammad SAW.


                Islam, Kristen (Protestan dan Katolik), Hindu, Budha, itu kekuatan Indonesia. Bukan berebut kuasa politik yang busuk. Kita coba sedikit mengingat sejarah negeri kita yang pernah dijajah Protestan Belanda. Protestan Indonesia turut melawan mereka. Kenapa? Kenapa mereka satu suara bersama orang Islam, katolik, hindu dan budha padahal mereka satu agama? Karena mereka hanya melihat satu hal yakni INDONESIA. Lantas kenapa orang Islam, Katolik, Budha dan Hindu mau berjuang bersama mereka untuk mengatasi orang yang satu agama dengan mereka? Karena mereka hanya melihat satu hal MERDEKA.


                Coba sedikit kita mengulang pertanyaan kuno kita? Apakah mereka berebut berkuasa di negeri ini? TIDAK. Tapi bersama-sama membangun negeri yang merdeka. Jika kita saling berperang, saling bermusuh, saling mendengki, termakan bujuk rayu perongrong dari luar. Kita hanya akan jadi pecundang. Orang islam jadi babu di negerinya, orang Kristen jadi babu di tanahnya, orang budha jadi kuli di rumahnya, orang hindu jadi pembantu di tanahnya. Kita terpecah, kita diinjak-injak. kita bersatu, bukan Israel, bukan inggris, bukan pula Amerika, tapi dunia akan tunduk pada Indonesia!


                Kita punya lima agama, Turki Usmani punya dua pasukan beda agama, kita bisa lebih kuat dari Turki Usmani karena kita bisa punya pasuka lima agama. Sejarah pernah mencatatnya, lantas apakah kita tidak mau mencatatkan sejarah yang sama?


                Semua keputusan ada di tanganmu, Pemuda!

Komentar

Postingan Populer