Instagraming

Catatan Mahasiswa Galau: MOVE ON dan Gerbong Kereta (Riyan Al Fajri)

                Butuh bertahun-tahun untuk melupakan sesuatu. Ya benar. Bertahun-tahun. Ini hampir masuk tahun ketiga aku tidak menyentuh fisika sama sekali. Akhirnya aku melupakannya. Ada rasa sesal dihati kenapa aku tidak ingat lagi padahal aku menyukainya dulu. Aku rasa aku harus mengulang dari awal lagi untuk kembali memahami satu dua baris rumus itu tapi aku tidak akan melakukannya. Ya aku tidak akan melakukannya karena aku bukan calon insyinyur lagi.

                Aku sudah pindah gerbong, relnya pun sudah berbeda. Tujuan? Aku rasa juga akan berbeda. Tidak. Aku rasa tujuannya masih sama. Hanya caranya saja yang berbeda. Hanya rel nya saja yang berbeda. Hanya gerbongnya saja yang berbeda.

                Ada dua pilihan ditanganku, meratapi kepindahanku pada gerbong ini atau bergairah untuk menikmati setiap detik perjalananku dalam gerbong ini. Aku rasa, meratapi hanya akan membuatku tersiksa selama perjalananku menuju tujuan itu. Aku harus menikmatinya. Bagaimana? Aku rasa dengan menghapus kenangan bersama fisika akan bagus. Tidak. Mungkin tidak juga. Kita tidak bisa berbuat apapun dengan sejarah bukan? Fisika tetaplah fisika, sejarah pernah mencatat aku pernah bisa mengerjakan persoalannya. Dan itu tidak bisa diubah. Aku hanya perlu mengurangi harapanku. Aku rasa itu yang terbaik.

                Tiba-tiba aku berpikir tentang masalah seorang temanku. Aku coba berempati, menempatkan diriku pada posisinya. Saat ia mencintai seseorang dan seseorang tidak memberikan hal yang sama dengannya. Aduh, Membayangkannya saja aku tidak bisa bagaimana mungkin bisa merasakan rasanya? Ok, kita sederhanakan saja masalahnya.

                Aku membayangkan dirimu sangat terluka karena seorang wanita. Jika kamu terluka, kamu harus seperti apa? Marah? Benci? Bisa jadi. Tapi aku rasa itu tidak tepat. Belajar dari pengalamanku dengan fisika tadi, kamu hanya akan terhantui oleh bayangannya. Dan aku rasa itu akan lebih melukai. Logikanya seperti itu.

                Aku berpikir, tampaknya dengan memberikan maaf atas luka yang kamu peroleh itu jauh lebih baik. Kamu memaafkan dan berhenti berharap padanya. Ini konsepnya. Ketika aku tidak akan menjadi seorang insyinyur, berarti aku harus meninggalkan fisika. Tapi bukan berarti aku harus melupakan setiap kenanganku dengan fisika. Nah, dalam kasus ini, untuk bisa menikmati setiap perjalanan hidup nanti, kamu harus berhenti berharap darinya, tapi tetap menghargai setiap kenangan bersamanya. Membencinya atau marah padanya tidak akan membantumu sama sekali. Percayalah.

                Lantas bagaimana jika kamu tetap marah? Jawaban sederhananya adalah jika kamu masih marah, maka kamu belum MOVE ON dari nya. Kamu masih berharap padanya dan masih terjebak kebohongan yang diciptakan dirimu sendiri.

                Lantas bagaimana? Nikmatilah hidup ini, kamu hanya perlu ingat bahwa ada banyak gerbong dan rel yang lain di luar sana. Kamu hanya perlu menaiki salah satunya untuk sampai pada tujuannya. Bukankah tujuanmu adalah memperoleh Ridho Tuhan mu? Jika itu tujuanmu, maka apapun nama gerbongnya, sepanjang apapun rel yang akan ditempuhnya, selama itu mengarah pada tujuanmu, itu tetap sama. Dan kamu tidak harus memaksakan untuk naik pada satu gerbong. Karena jika kamu memaksakan, kamu hanya akan membuat dirimu lelah dan akhirnya mengutuk ketidakmampuan dirimu untuk naik pada gerbong itu.

                Akan tiba saatnya dimana kamu akan melihat gerbong itu akan diisi orang lain sedangkan kamu ingin sekali menaiki nya. Tenang, jangan kecewa. Kamu harus lihat tujuan yang kamu ingin bukan pada alat yang membawamu pada tujuan itu. Bahkan jika kamu sudah dapat sebuah gerbong, meskipun itu lusuh, jelek, dan tidak bagus, selagi itu masih bisa jalan dan mengarah pada tujuanmu, kamu akan tetap bersyukur. Namun sebaliknya, meskipun kamu mendapatkan gerbong yang ada AC nya, ada pelayannya, nyaman dan aman, jika ditengah jalan rem nya putus atau gerbongnya keluar dari rel, kamu tidak akan pernah sampai pada tujuanmu.

                Jadi, move on lah. Masih banyak gerbong yang bisa kamu naiki.

[Terinspirasi saat mengerjakan soal fisika tentang sebuah gerbong kereta dengan kecepatan tertentu dan dengan kasus tertentu. Sabtu 3 November 2012. Riyan Al Fajri]

Komentar

Postingan Populer