Instagraming

Jatuh Bangun Darah Impian

"Impian terbesar saya adalah menjadi bermanfaat bagi orang lain. Itu saja" - Riyan Al Fajri

Take Home Exam-KSPK

Tema Essay: "Mengukur Diri, Membangun Impian. Kita bicara kemungkinan!"

FINAL GOAL

Berjuang, saya telah kenal kata ini lama sekali. Saya mengenalnya dari film-film animasi, kartun-kartun jepang dan komik-komik yang tersebar luas dipasar. Namun, perkenalan itu tidak cukup untuk membuat saya memahami seutuhnya apa yang dimaksud dengan kata itu.

Pada awalnya, saya ingin menjadi polisi. Film-film Jacky Chan dan detektif ternama seperti Dan Detective School, Detective Conan, serial novel Sherlock Holmes, dan beberapa serial ternama lainnya mempengaruhi saya untuk memupuk keinginan ini. Tujuannya sederhana, saya hanya ingin mengabdi pada negara dan bertingkah seperti detektif-detektif tersebut, menemukan kebenaran yang tersembunyi. Harapan ini hancur lebur ketika saya memasuki ruang operasi RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru.

Berjuang, saya sungguh menyadari bahwa saya hanya memiliki sedikit waktu untuk merekonstruksi impian masa depan saya. Masa SMA pun, ketika itu, tidak lebih sepuluh bulan lagi kan berakhir. Teman-teman yang lain telah meneguhkan tujuan hidupnya, dilain pihak saya masih dalam masa penyembuhan yang sangat menyiksa. Kondisi ini membuat saya tertekan. Sebenarnya saya tidak boleh menjadikan ini sebagai kambing hitam, namun saya merasa, operasi saya yang juga memupus impian saya itu telah mendegradasi semangat juang saya. Hasilnya di semester 5 semasa SMA, saya berada pada posisi 90 dari 91 siswa angkatan tahun saya.

Semenjak saat itu, saya mulai menulis ulang siapa saya 20 tahun mendatang. Ada banyak opsi ketika itu dan akhirnya saya jatuhkan pilihan pada profesi dokter. Memang saya tidak punya kans untuk jadi dokter, perjalanan waktu pun mengantarkan saya ke Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.

Satu tahun pertama saya menjadi mahasiswa STAN, saya sungguh tidak memahami untuk apa saya sekolah di tempat ini. Untuk mengisi kebingungan itu, saya masih sering mempelajari fisika bersama teman-teman saya melalui internet. Ada sejumput rasa sesal dihati saya, kenapa saya tidak bisa menemukan alasan saya kuliah ditempat ini?

Tahun kedua, perlahan, saya mulai menggambarkan semuanya. Saat itu, saya telah resmi menjadi staff di Spesialisasi Anti Korupsi STAN. Saat itu saya mulai berpikir, “Oh iya, saya punya ilmu ini. saya bisa mengabdi pada negara dan saya bisa berjuang untuk menyelamatkan negara”. Pukulan keras menimpa sisi gelap saya ketika Bapak Wuryono Prakoso, Fungsionalis KPK, berkata, “Negara ini hancur dan bobrok bukan karena banyak orang jahatnya, tapi Negara ini meradang seperti ini karena banyak Orang baik yang tidak peduli!”. Sisi gelap saya mencerna baik-baik ucapan itu.

Saya pun sempat membaca tulisan John F. Kennedy. Beliau berucap, “Ask Not what your country can do for you, Ask what you can do for your country”. Saya pun meneguhkan hati ketika itu. Hari itu, saya berjanji pada diri saya yang rendah dimata Allah ini bahwa saya ingin bermanfaat untuk umat dan negara ini. Apapun yang bisa saya lakukan, saya akan melakukannya. Untuk mewujudkan itu, saya perlu sampai pada pemangku kebijakan. Untuk itu, saya punya azzam, suatu hari nanti, jika Allah mengizinkan, Saya ingin mengabdi sebagai Menteri Keuangan Republik Indonesia dan/atau Gubernur Bank Indonesia dan/atau Ketua BPK.

INTERMEDIATE TARGET

Keinginan saya tampak seperti “wah”, “crazy”, “weird”. Kadang, pemikiran itu muncul. Tapi saya berusaha bicara dengan diri saya. “How about possible?”. Saya pernah baca kisah tentang Napoleon Bonaparte, seorang Kaisar Muslim Francis yang perkasa. Beliau pernah berkata, “Prajurit terbaik adalah prajurit yang memiliki mimpi menjadi Jenderal!”. Lulus dari STAN, saya pasti menjadi prajurit dibidang keuangan. Saya pun meyakini, apabila saya ingin menjadi prajurit terbaik, saya harus memiliki mimpi menjadi seorang Jenderal. Dan yang disebut Jenderal dibidang keuangan negara adalah mereka, Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia dan Ketua BPK.

Saya paham betul bahwa saya sangat kecil. Untuk itu saya perlu mengukur diri saya. saya coba me­reformasi diri saya. menurut Maslow, ada 5 tingkat kebutuhan yang harus dan akan dilalui oleh seseorang. Dan saya harus melaluinya dengan:

Tingkat pertama adalah Physiological Needs. Sejauh ini, saya meyakini bahwa saya harus mampu memenuhi kebutuhan fisik saya. makan, minum, olahraga dsb. Beberapa waktu yang lalu dokter baru saja melarang saya makan cabe, mie instan dan makanan yang pedas serta banyak minum air putih. Dalam waktu dekat ini, saya harus mampu menjaga makanan saya. Selain itu, saya harus coba belajar etika berpakaian, bergaul dan berkomunikasi. Untuk itu, saya menjadwalkan akan mengikuti pelatihan-pelatihan seperti Perisai Mimpi, Jenjang Pengkaderan Organisasi Islam dan Pendidikan Kepribadian di STAN. Tujuannya sederhana, ketika saya menjadi menteri, saya sudah siap secara kesehatan fisik, mental serta kepribadian diri.

Tingkat kedua adalah Safety and Security Needs. Seseorang harus bisa kaya. Saya ingat betul Warren Buffet pernah berkata, “Kamu terlahir miskin, Itu bukan salah kamu. Kamu meninggal dalam keadaan miskin, itu kesalahan kamu!”. Saya rasa penghasilan saya sebagai abdi negara sudah sangat mencukupi nantinya. Ayah dan Ibu saya adalah PNS Guru di Kabupaten Bengkalis. Ayah saya kepala sekolah SMA, Ibu saya guru matematika SMA. Mereka telah menjadi wajib pajak, pembayar zakat, memiliki tempat tinggal dan kendaraan serta mampu menyekolahkan anaknya. Saya bersekolah di STAN, Alhamdulillah, adik kedua saya akan menempu pendidikan dokter di mulai pada Pertengahan tahun 2013 ini. Untuk itu, saya meyakini. Penghasilan saya sebagai PNS nantinya akan bisa menghidupi saya dengan Halal dan baik.

Tingkat ketiga adalah Love and Belongingness Needs. Saya meyakini bahwa setiap manusia memiliki pasangannya masing-masing. Teman-teman ada yang telah menikah, saya pun kiranya akan menyusul mereka. Saya menargetkan paling cepat itu terjadi pada 2017. Saya tidak berani lebih cepat dari pada itu. Terlalu riskan menikah di usia yang terlalu muda. Saya memiliki banyak sahabat yang insya allah akan selalu menemani perjuangan saya menuju tujuan hidup saya.

Tingkat keempat adalah Self Esteem Needs. Bisa makan, punya rumah, punya istri, itu tidak cukup. Pada intinya, saya harus berkarir untuk bisa mencapai tujuan hidup saya. Dalam karir, saya harus berprestasi. Target saya, pada usia 30-40 tahun, saya telah mampu berbuat banyak untuk negara dengan cara yang ada ketika itu. Namun dalam bayangan saya, pada usia itu, saya ingin telah berada pada posisi middle-management dalam organisasi pemerintahan yang saya tergabung didalamnya.

Tingkat kelima adalah Self Actualization. Seperti harapan sebelumnya, saya ingin bermanfaat bagi umat dan negara ini. Saat saya mengabdi pada negara, saya ingin dan akan sungguh mengusahakan untuk bisa turut aktif diorganisasi masyarakat yang memiliki misi dakwah islam dan sosial. Tujuannya sederhana, ketika masanya sampai, saya mengerti permasalahan yang sedang saya hadapi. Kreatifitas akan muncul dari pengalaman tersebut. sampai saatnya tiba, saya berkeinginan untuk mengikuti jenjang kaderisasi sebuah organisasi masyarakat yang mampu secara nyata memberi manfaat pada umat dan negara ini.

Ketika saya sudah bisa makan, punya baju, berkepribadian, punya pendamping hidup, punya kompetensi yang cukup, saya meyakini, dengan izin Allah, saya bisa mencapai tujuan saya. dan dengan semua ikhtiar yang saya lakukan, saya berserah diri pada Allah atas apa yang akan terjadi berikutnya. Dan bagi saya, Itulah yang saya sebut BERJUANG.

RENCANA HIDUP
Untuk benar-benar bisa mencapai tujuan itu, sekiranya saya perlu menuliskan rencana saya secara terperinci dan target-target yang harus saya capai hingga 10 tahun mendatang. Kenapa 10 tahun? 10 tahun cukup bagi kita merencanakan kehidupan yang lebih baik. dan rencana itu akan berubah seiring berjalannya waktu.
2013 (Usia 21 Tahun)
Lulus dari Sekolah Tinggi Akuntansi Negara dengan IP > 3,60. Biasanya, ada masa tunggu untuk penempatan, apabila tidak ditempatkan segera ke Kementerian/BPKP/BPK RI, saya berniat untuk menjalani Magang di Kantor Akuntan Publik yang berafiliasi dengan The Big Four. Selain itu, saya berusaha menyelesaikan Jenjang Kaderisasi Darul Arqom Paripurna (Apabila mungkin) pada sebuah Organisasi Kemahasiswaan Islam.

2014 (Usia 22 Tahun)
Tahun ini, saya berharap telah diizinkan mengabdi pada negara menjadi Auditor di BPK RI. Disaat yang sama, saya harus mengakhiri masa aktif saya di organisasi kemahasiswa Islam tersebut. Pada tahun ini pula, Saya ingin bergabung dengan Organisasi masyarakat yang berhaluan Islam dan melakukan kerja sosial untuk umat. Disaat yang sama, saya ingin mulai menambah ilmu dengan Kuliah. Apabila belum di Izinkan, saya akan mengambil kursus-kursus singkat seperti Bahasa Inggris, Francis, Spanyol, Jepang, Bahasa Cina, dan/atau Bahasa Arab.

2015 (Usia 23 Tahun)
Pada awal tahun ini, saya berharap sudah mulai pendidikan lanjutan ekstensi S1 Akuntansi di Universitas Negeri dengan Akreditasi Jurusan A. Apabila tetap belum mendapat izin dari instansi, saya tetap akan melanjutkan kuliah namun di jurusan Ekonomi Syariah. Pertengahan tahun nya, saya berharap mampu menggondol sebuah rumah idaman walau melalui kredit rumah. Rumah sederhana tapi bisa menjadi tempat berlindung dan menghangatkan diri dikala senja.

2016 (Usia 24 Tahun)
Saya punya azzam pada tahun ini, saya telah menyempurnakan hafalan saya menjadi 5 Juz dan 1.000 Hadits. Pada tahun ini pula, saya ingin membuka sekolah Sepakbola bagi anak-anak yang tinggal disekitar lingkungan saya. selain itu, saya pun berkeinginan menjadi pengurus tingkat nasional pada organisasi masyarakat islam yang saya ikuti.

2017 (Usia 25 Tahun)
Tahun ini mungkin menjadi tahun yang paling mendebarkan bagi saya, seorang filsuf pernah berkata, “Menikah bagaikan undian lotre, wanita mempertaruhkan keberuntungannya, dan pria mempertaruhkan kebebasannya”. Saya berharap pada tahun ini, Allah mempertemukan saya dengan wanita terbaik yang telah lama saya kenal. Kenapa saya kenal lama? Saya sadar betul, pernikahan itu harus telah siap secara fisik dan mental. Saya tidak mau ketika saya menikah,  saya harus menyesuaikan diri dulu. Saya ingin ketika saya menikah, semua seperti sudah stabil. Untuk itu, saya akan menikahi wanita yang telah saya kenal cukup lama. Pada pertengahan tahun saya memimpikan telah meyelesaikan program S2 Ekonomi di Universitas Indonesia. Jika tidak, saya akan selesaikan ditahun depan.

2018 (Usia 26 Tahun)
Pada tahun ini, saya akan mulai hunting beasiswa ke luar negeri. Mimpi saya adalah S2 MPhil Finance and Economics di Cambridge University. Kenapa Cambridge? Karena tempatnya di Inggris dan Inggris adalah salah satu pusat ilmu ekonomi dunia. Sambil berjalan dan menanti kepastian, saya akan coba apply ke S3 Ekonomi Universitas Indonesia.

2019 (Usia 27 Tahun)
Pada tahun ini, Saya memimpikan telah mampu menuju tanah suci Mekkah bersama keluarga. Jika orang tua saya belum naik haji pada tahun ini, maka saya akan mendahulukan mereka. Biarlah tahun-tahun berikutnya giliran saya. Kebanggaan bagi saya jika saya bisa memberangkatkan orang tua saya ke tanah suci. Pada tahun ini pula, saya berharap bisa menjadi ketua tim audit.

2020 (Usia 28 Tahun)
Saya berharap bisa dipercaya menjadi ketua Tim Audit, disaat yang sama, saya berharap pada usia ini saya telah menyempurnaan hafalan saya menjadi 15 Juz dan 2000 Hadits. Saya pun bermimpi telah menyelesaikan pertualangan saya mengelilingi Indonesia pada tahun ini. Menjajal setiap pesona alam, menikmati keindahan budaya, dan merasakan kehangatan persaudaraan di seantero Nusantara.

2021 (Usia 29 Tahun)
Menjadi ketua Tim Audit adalah keharusan pada tahun-tahun ini. apabila pada tahun-tahun sebelumnya saya melanjutkan pendidikan S3, tahun inilah saat-saat saya berkonsentrasi menyelesaikan pendidikan tersebut. Saya pula bercita-cita pada tahun ini saya menjadi Dosen di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara sebagai bentuk pengabdian saya pada Almamater tercinta. Kenapa baru di Usia 29 tahun? Tujuannya sederhana, saya ingin mengumpulkan cerita yang bisa saya bagikan kepada anak didik saya nantinya sehingga mereka mampu terbangun karakternya. Perlakuan yang sama yang saya peroleh dari dosen-dosen saya.

2022 (Usia 30 Tahun)
Ini adalah usia emas. Saya berharap telah bisa menjadi salah satu jajarang penting dalam organisasi masyarakat islam agar saya bisa berkonstribusi lebih banyak untuk umat. Saya puny berharap saya mampu menyempurnakan hafalan saya ke 20 Juz dan 3000 Hadits. Andai kata saya menjadi auditor dari awalnya, saya ingin pada tahun ini saya bisa berkarir diposisi middle-top management dalam organisasi pemeriksa.

2023 (Usia 31 Tahun)
Pada tahun ini, saya bermimpi mendirikan sebuah yayasan pendidikan sebagai janji bakti saya pada negeri. Saya pun bermimpi, apabila diizinan, pada tahun ini saya mampu menjadi bagian Auditama Keuangan Negara. Saya akan coba mengikuti seleksi Ketua KPK atau Ketua Lembaga Negara lainnya. Semoga saya bisa bermanfaat pada umat dan negara pada nantinya sesuai dengan peranan saya pada tahun ini.

HAMBATAN DAN DUKUNGAN

Saya menyadari betul bahwa semua mimpi saya itu tidaklah sempurna. Ada hambatan besar yang menjagalnya. Hambatan-hambatan tersebut yang mungkin ada ialah:
  1. Inkonsistensi perjuangan
  2. Kemampuan yang tidak cukup pada waktu H impian diharapkan terjadi
  3. Target hidup yang berubah seiring berjalannya waktu
  4. Pengaruh lingkungan yang mungkin saja nantinya tidak mendukung impian saya
  5. Tantangan dan rivalitas pada dunia nyata

Untuk menghadapi hambatan-hambatan tersebut, saya perlu dukungan. Saya perlu ilmu untuk menghadapi itu. Apabila saya diberi pertanyaan, apa yang ingin saya dapatkan dari Dosen Kapita Selekta Pengembangan Kepribadian saya? saya akan menjawab, “Saya ingin meminta bantuan Bapak untuk:

  1. Mengajarkan saya bagaimana menghadapi tantangan/rivalitas pada dunia nyata. Saya tahu semua orang ingin berhasil, semua orang ingin sukses. Saya perlu mempersiapkan diri. Saya ingin dikuatkan untuk selalu bersiap diri untuk menghadapi rivalitas ini.
  2. Memperbaiki target hidup saya. saya paham betul, saya masih muda. Kurang pengalaman. Saya membuat rencana yang ambisius. Bersama Bapak, saya berharap bapak bisa memberi masukan apa yang perlu saya perbaiki dan saya ubah dari rencana saya agar lebih realistis. Agar saya mampu mewujudkan semua itu.
  3. Mengajarkan saya bagaimana bisa membawa diri pada lingkungan tertentu. Kita tidak menjamin bahwa kita akan berada dilingkungan yang mendukung kita untuk maju. Andai kata Bapak berkenan, saya ingin sekali mengetahui bagaimana cara saya agar bisa sukses disemua lingkungan
  4. Menguatkan saya bahwa saya masih punya impian dan saya bisa menggapai impian itu. Inkonsistensi pasti akan terjadi. Saya ingin sekali mengetahui bagaimana saya bisa menjaga konsistensi itu agar saya mampu mencapai tujuan hidup saya.”

Komentar

  1. Nama saya adalah Cynthia Johnson. kita hipotek, pinjaman rumah, kredit mobil, pinjaman Hotel, tawaran komersial Umum Mr John Carlson, orang harus memperbarui semua situasi keuangan di dunia / perusahaan untuk membantu mereka yang terdaftar pemberi pinjaman uang pinjaman pribadi, kredit, kredit konstruksi, rendah suku bunga 2% dll kredit modal, pinjaman usaha dan pinjaman kredit buruk bekerja, start up. Kami membiayai proyek di tangan dan perusahaan Anda / mitra dan saya juga ingin menawarkan pinjaman pribadi untuk klien mereka. hubungi kami melalui e-mail untuk informasi lebih lanjut: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer