Instagraming

Mencari Musuh Sejati

"Tidak ada yang lebih penting selain Rakyat, tapi tentu, tidak akan ada kata Penting itu tanpa Tuhan" - Riyan Al Fajri

Tema       : Teologi Kerakyatan
Pemateri  : Mujtahid Haseem (Presiden Garda Suci Merah Putih)
Waktu      : Sabtu, 16 Maret 2013 13:20 – 15.05
Tempat    : Sekolah Politik Kerakyatan Komunitas Indonesia Baru

Teologi secara umum basisnya adalah filsafat. Namun ketika kita mengacu pada Islam, teologi adalah penggabungan textual keagamaan (Al Quran dan Sunnah) dan rasionalisasi text-text tersebut dalam kehidupan nyata (bukti rasional.

Teologi kerakyatan dekat dengan teologi kebebasan (Liberation Teologi) yang digunakan dan dikembangkan oleh Pastor-Pastor Katolik untuk melakukan pembebasan dari kolonialisme di Amerika Selatan. Salah satu tokohnya adalah Gustavo Guiterez.

Sebenarnya, teologi kebebasan itu tidak sepenuhnya mengacu pada textual keagamaan pengusungnya. Namun, teks-teks keagamaan dijadikan pendukung agar pergerakan nya terlihat seperti sacred mission. Dan ini digunakan untuk memperoleh dukungan dari rakyat banyak.

Dalam islam, teologi kerakyatan juga erat hubungannya teologi-teologi yang ditafsirkan ulang oleh Jamaluddin Al Afgani dan M. Abduh. Tujuannya mempelajari al quran dengan pendekatan filsafat. Dampak terbesarnya adalah pergerakan politik Pan-Islamisme melawan Inggris dan sekutunya yang pada saat itu berkuasa diatas tanah kaum muslimin.

Hasan Al Hanafi menjelaskan tentang teologi kebebasan sebagai internalisasi kaum muslimin. Fokusnya adl membangkitkan kembali kaum muslimin dari ketertinggalan pemikiran dan teknologi. Sehingga bisa membebaskan diri dari kolonialisme. Jadi Hasan Al Hanafi menekankan teologi kebebasan versi islam nya adalah menumbuhkan kembali semangat inovasi dan kreasi untuk mampu maju setingkat dengan budaya barat.

Teologi kerakyatan itu sendiri adalah prinsip-prinsip pokok bagaimana kita melihat rakyat. Dalam Islam, itu berarti bagaimana kita bisa membedakan antara mustabbirin dan mustab'afin. Tujuannya adalah memberikan keadilan yang equal pada penguasa dan rakyat. Kita harus bisa membedakan siapa yang menindas dan siapa yang ditindas. Agar kita mampu memberikan keadilan secara nyata pada setiap kelompok yang ada.

Jadi teologi kerakyatan bisa kita samakan dengan teologi kebebasan namun kebebasan yang berpihak pada rakyat. Kebebasan artinya membebaskan diri dari ketertinggalan dan ketertindasan masyarakat pada pada penjajah maupun penguasa lalim ataupun peraturan yang zalim dan penuh maksiat. Tapi bagaimana jika masyarakat tidak ingin dibebaskan? Misal, masyarakat pada zaman Nabi Isya sangat akrab dengan Riba. Turunnya Isa AS salah satunya untuk menghapuskan riba itu. Masyarakat menolak untukk dibebaskan. Dibebaskan dari kemaksiatan. Bersama penguasa, mereka menyerang nabi Isa.

Perlu kita identifikasikan bahwa Masalah utama yang ada pada "gerakan" teologi kebebasan ini. Teologi ini membawa gerakan politik. Melawan hegemoni yang ada. Kasus dalam Islam, agama yg dibawa nabi Muhammad SAW memiliki nuansa politik. Agama ini adalah agama yang ingin memperbaiki akhlak dan itu bertentangan dengan hegemoni yang ada saat itu. Itulah gerakan politik nabi. Secara tidak langsung, Islam menjadi gerakan politik di mekkah ketika itu. Makanya pada saat itu, dikenal Negara Madinah yang dipimping langsung oleh Nabi Muhammad. Itu adalah wujud dari agama politik yang dibawa oleh Nabi. Ketika pusat politik Islam dipindahkan ke Madinah, gerakan politik islam berkembang pesat mulai saat itu.

Sehingga perlu kita yakini bahwa tidak ada agama yang tidak membawa gerakan politik. Jika tidak membawa gerakan politik, agama tersebut tidak akan pernah berkembang. Teologi kebebasan yang dibawa agama-agama tersebut, terkhusus islam, merupakan gerakan politik membebaskan rakyat dari kejahiliyaan.

3 bukti empiris yang menunjukkan Islam memiliki nilai politik adalah:
1. Islam tidak membedakan antara agama dan politik. Dalam Islam, agama melingkupi semua hal termasuk politik.
2. Muhammad adalah pemimpin ummat dikala itu, Kepemimpinan Nabi tidak dibedakan antara sebagai pemimpin agama atau pemimpin politik. Nabi menjadi pemimpin keduanya. Berbeda dengan kalangan Kristen. Kaum Kristen membedakan kekuasaan Paus dan Raja-Raja Negara-negara Kristen.
3. Muhammad melawan hegemoni kekuasaan kafir quraisy untuk menghancurkan kemaksiatan yang mereka siarkan. Dengan melawan hegemoni kekuasaan kafir Quraisy, kita meyakini bahwa itu bagian dari gerakan politik.

Lantas untuk membawa Teologi kebebasan menjadi kuat, apa yang kita butuhkan? Kita membutuhkan rival yang jelas. Di indonesia, gerakan kebebasan yang dibawa soekarno dan pejuang lainnya memiliki rival yang jelas, yakni penjajah Belanda. Islam di zaman rasulullah rivalnya jelas, yakni kaum Kafir Quraisy dan Pengkhianat Yahudi di Madinah. Pada Masa Umar, kekaisaran Persia adalah Rival kaum muslimin. Jadi, Dengan jelasnya rivalitas, gerakan teologi kebebasan akan sangat kuat. Akan ada motivasi untuk menggelorakan pergerakannya.

Sekarang, contoh kasus di Indonesia, Negara ini belum mampu menentukan rivalnya. Ini mengakibatkan gerakan politik di indonesia baik itu yang islam maupun sekuler belum mampu membawa kepuasan perjuangan bagi rakyat. Daya juang masyarakat belum terbawa oleh semangat kebebasan yang dibawa oleh gerakan-gerakan politik yang ada.

Contoh sederhana rivalitas adalah perjuangan sekularis. Rival utama pendukung sekularisme adalah penganut agama yang taat. Apa yang mereka lakukan:
1. Membentuk lembaga keagamaan dan mengontrolnya dengan ketat
2. Membuat masyarakat kritis dan suka menafsirkan nilai agama

Kritis dan tafsir ini bukan suatu hal yang buruk, namun kaum sekularis punya tujuan berbeda. Mereka tidak menjadikan hal itu sebagai wadah untuk menambah ilmu masyarakat, tapi memancing masyakarat secara bebas menafsirkan agama. Ini akan menyebabkan perdebatan antar kelompok. Dan itu akan melemahkan gerakan politik agama. Agama-agama akan lebih sibuk dengan perdebatan tentang ibadah dan sebagainya, dan akan melupakan gerakan politiknya. Memang semua orang berhak menafsirkan tapi hak itu datang setelah memiliki kualifikasi tertentu. Sama seperti setiap orang berhak jadi dokter tapi setelah lulus kualifikasi tertentu. Dan kaum sekularis membuat "jenjang kualifikasi" itu dilupakan masyarakat. Hasilnya? Pelemahan gerakan politik kaum agamis.

Apa yang harus dilakukan kaum agama?
Mereka harus menentukan siapa rival mereka dan melawan balik dengan bersatu. Memperjelas siapa yang berhak berdebat dan siapa yang tidak. Dan langkah yang Paling penting adalah melakukan kajian dan diskusi utk menanam ideologi yang semakin kuat dan menanamkan siapa sebenarnya musuh mereka.

Komentar

Postingan Populer