Instagramming

Motor saya di Maling Allah

Minggu, 24 Februari 2013 pukul 17.45 WIB. Saya keluar dari rumah untuk pergi membeli makanan. Ketika sampai di garasi, saya tidak menemukan motor saya. Well, saya tarik napas, coba melihat sekali. Dan yah, saya tetap tidak menemukan motor saya.

17.47 WIB, saya memutuskan untuk mencarinya disekitar rumah atau ke rumah makan terdekat, siapa tahu saya meninggalkannya disana. Dan saya tetap tidak menemukan motor yang dibeli tahun 2005 atas nama ayah saya ini. Saya belum percaya bahwa saya kehilangan motor. Saya perhatikan sekali lagi, bahkan dengan bodoh nya saya coba mencari dibawah kolong tempat tidur saya. Bodoh? Ya, siapa yang tidak bertindak bodoh jika ia kehilangan motor kesayangannya?

17.50 WIB, saya mencoba mengingat apa yang saya lakukan dan dimana motor ini saya tinggalkan. Saya coba menemukan barang bukti yang menguatkan alibi saya. dan ya, helm ada dirumah, berarti motor sudah ada dirumah dari tadi malam karena kunci motor juga ada disini. Kenapa malam, karena tadi pagi saya tidak menggunakan motor sama sekali dan tadi pagi ada mobil yang masuk ke gerasi rumah.

17.55 WIB, setelah beberapa menit beristighfar sungguh tiba-tiba saya teringat sebuah hadits tentang kecintaan manusia pada harta serta fitnah yang lahir daripadanya. Well, untuk pertama kali nya saya berpikir, saya ikhlaskan harta ini. saya putuskan menelpon mama.

“Mama, Riyan mau bilang sesuatu. Tapi jangan marah ya, Riyan pun udah bersabar ini”

“Iya, apa yang mau dicerita nak?”

“Motor Riyan udah dimaling orang ma. Udah jadi rezeki orang lain. Kesalahan Riyan mungkin yang teledor”

“Astaghfirullah. Tuh lah hati-hati. Kenapa bisa hilang?”

“Semalam itu, kan makan, lalu ke masjid, setelah itu balik ke rumah. Nonton sebentar, tidur. Tak ingat motor belum dimasukkan ke gerasi. Mungkin itu jalan Allah untuk memisahkannya dari Riyan ma”

“Ya udah, hati-hati besok. Jangan teledor. Tuh gimana kuliah besok? Ndak ada motor lagi. Jalan kaki lagi?”

“Iya gimana lagi ma. Udah rezeki orang itu.”

“Besok beli lah sepeda sport yang kau mau itu. Biar bisa lebih cepat pergi kuliah”

“Eh, daripada beli sepeda, bagus beli motor baru lagi. Ndak apa apa doh. Kan ndak sampai setahun lagi kuliah ma”

Well, saya sudah tenang. Mama juga tidak marah. Setelah itu papa nelpon, beliau menasehati agar lebih hati-hati jadi orang. Ya untuk orang yang ilmu nya sekaliber papa yang pernah harus menanggung “sekian puluh” juta karena kesalahan orang lain, tentu lah apa yang beliau sampaikan terasa seperti make a sense. Lalu, telpon diberikan ke mama. Dinasehati lagi dan tiba-tiba, seketika masih nelpon mama sambil jalan kaki, saya melewati masjid. Saya melihat sebuah motor yang diparkir. Dan itu mirip motor saya. ok, itu bukan hanya mirip. ITU MOTOR SAYA!

Saya check nomor plat, ya benar. Itu motor saya. saya jemput kunci dan mencoba tes mesin. Hidup, ya ini motor saya. seketika itu, datang lah bapak pengurus masjid.

“Mas, ini motor nya ya? Tinggal sejak isya nih.”

“Iya pak, habis shalat tadi malam mungkin ga teringat langsung pulang. Maaf ya pak udah merepotkan.”

“Iya mas, tadi isya sih kita bingung, eh Motor siapa ini. Subuh pun motornya masih ada. Tadi pagi, kami tunggu mungkin ada yang melapor, eh sampai sore ini juga belum ada yang ngelapor”

“Iya pak. Baru sadar motor hilang nya sore ini. Tadi subuh, saya shalat dirumah pak. Soalnya sehabis tahajud saya menghafal beberapa ayat, eh ga sadar ga kedengaran azan dan sadarnya udah jam 5 kurang. Ya shalat di rumah jadinya”

“Lain kali ingat-ingat mas. Masa toh motor lupa?”

Saya pun menghubungi pihak keamanan untuk mengambil motor. Borgol motor saya dilepas dan saya kembali memiliki motor saya.

Dari kejadian luar biasa ini, saya punya 3 point penting yang bisa saya ambil.

Pertama, saya tidak boleh putus shalat jamaah di masjid/dimana pun. Andai kata saya shalat subuh di masjid, pasti saya menyadari perihal motor ini dari awal. Bayangkan saja, sekalinya ga shalat subuh dimesjid motor yang hilang, bayangkan kalau dua kali ga shalat jamaah subuh, tiga kali, empat kali? Bisa-bisa kegantengan saya yang akan hilang. (*soal ganteng ini tidak serius)

Kedua, Saya harus lebih ingat apa yang saya lakukan. Apa susahnya mengingat. Bahaya jika tidak ingat. Motor sebesar itu saja bisa lupa, apalagi benda-benda kecil? Apalagi janji-janji? Apalagi yang lain?

Ketiga, Sabar itu meningkatkan level dan pengaruh positif bagi orang lain. Saya menahan diri untuk bisa ikhlas, akhirnya orang tua saya pun tidak mempermasalahkannya. Dan akhirnya, saya pun mendapatkan motor saya kembali. Bahkan saya lebih puas dengan motor yang baru saya dapatkan ini. ya seperti itulah sabar, ia mampu menenangkan kita lantas memberikan nilai positif pada orang lain, dan kita mendapatkan balasan yang lebih baik dari yang pernah kita miliki sebelumnya.

Akhirnya saya sampai pada kesimpulan terakhir, kesimpulan terakhir saya adalah Allah. Ia sedang mencoba mengingatkan saya:

“Riyan, aku pinjam ingatanmu tentang motor ini agar kau ingat Aku. Aku simpan motor mu di Mesjid Ku agar hatimu selalu mengingatku. Hari-hari terakhir ini, kau mengurangi waktu untuk membaca Firman Ku bukan? Alasannya sederhana pula, rapat, nonton jepang, kreasi kelas, tugas. Aku lebih penting daripada itu semua Riyan. Aku yang memberimu nikmat hidup, tapi kenapa engkau kurangi jatahKu? Shalat malam mu pun sudah tidak seberkualitas yang lalu. Mana doa-doa untuk kaum muslimin yang sering kau ucapkan? Shalat malam mu sudah hanya dua rakaat saja, doa nya juga tidak mantap. Eh, hafalan banyak yang lupa. Kuatkan Iman mu kepada Ku, Riyan!”

Dan akhirnya saya sampai pada satu kesimpulan besar, sudah saatnya, saya kembali melakukan shalat taubat. Allah benar-benar punya scenario yang paling indah untuk umat nya. The More I give my heart, the more you show me how great You are, Allah. You’re just such amazing god. And that’s You are. AllahuAkbar

“Terima kasih atas setiap cinta yang engkau berikan padaku, Ya Allah. Sungguh kecil aku dimatamu, sungguh besar cintamu pada kami. Tunjukilah kami selalu jalan yang lurus ”

# Fastabiqul Khairat

Komentar

Postingan Populer