Part-Timer Sederhana Kata Mereka
Kalian pernah makan direstoran italia dengan total 100ribu sekali makan sendirian? Bagaimana rasanya? Saya berani jamin pasti lebih enak restoran masakan padang yang harga nya hanya 8ribu bukan? Itu sederhana, Indonesia adalah Negara dengan makanan terenak di dunia. Catat itu. Kenapa? Karena Negara ini adalah Negara paling kaya rempah-rempah sedunia.
Lantas apakah saya ingin cerita tentang makanan? Tidak. Tenang saja, tidak akan. Itu hanya ilustrasi, ternyata kualitas itu tidak berpatokan pada mahal. Setuju bukan? Nah kalau begitu boleh lah saya berkata bahwa untuk menjadi sederhana bukan berarti kita memiliki banyak hal dan bukan pula kita tidak memiliki apa-apa, namun kita puas dengan kenikmatan yang ada. Setuju?
Jadi begini ceritanya, saya adalah anak pertama dari 3 bersaudara. Papa dan mama saya adalah PNS. Ya sama seperti PNS guru lainnya, kalian bisa menebak berapa gaji mereka bukan? Paling untuk papa tambah 500ribu gaji nya sebagai tunjangan kepala sekolah. Nah, suatu hari, iseng-iseng lah saya mencoba bilang keinginan saya untuk part-time nambah uang jajan saya ke papa. Saya ingat betul apa yang beliau ucap:
“Kamu ke Jakarta itu buat kuliah! Bukan kerja. Jangan pikir urusan uang, itu urusan kami. Biar kami bangga berkeringat untuk membiayai kamu dulu. Masih muda juga kan?”
Shock ketika itu mendengarkan, lantas saya timpal, “Sekalian nambah jajan. Hehe”
“Uang jajan kurang? Nanti ditambah. Kamu tidak akan punya waktu muda dua kali loh, nak! Ikut organisasi! Bentuk jati diri! Ilmu dipelajari! Berkawan dengan banyak pemuda-pemudi, tapi hati-hati jangan terbawa arus! Uang itu ndak usah dicari. Kalau kau dah belajar baik, berkawan baik, sikap baik, pengalaman organisasi baik, uang itu datang sendiri. Kau cari uang sekarang, hilang kesempatan menimba pengalaman masa muda kau. Bisa-bisa saja dalam kepala kau nanti berpikir, “cari uang itu susah”. Padahal? Tutup mata saja kau, kalau Allah mau ngasih uang ke kita, datang uang itu”.
“Setelah berpikir macam itu, siap-siaplah hilang semangat mengabdi. Kau itu calon PNS. PNS itu kalau mikir uang, habis rusak pelayanan jadinya. Kau belajar baik-baik aja dulu, Duit itu ndak akan lari. Jadi PNS baik kau, mengabdi baik kau, Allah pasti kasih rezeki!”
Saya merenung. Merenung dalam-dalam. Apa maksud ucapan papa. Saya paham betul masa muda tidak bisa diganti dengan uang. Tapi part time juga belajar toh? Belajar cari uang. Saya ingin mencoba bagaimana bekerja demi uang. Tapi ya mungkin ada benar juga ucapan beliau, bisa-bisa, saya akan berpikir uang sebelum bekerja. Wah bisa kacau nanti. Namun bagaimanapun, Saya tetap tidak berhenti berazzam untuk part time bahkan sampai detik ini.
Saya mencoba mengerti apa tujuan papa berucap seperti tadi. Ternyata, setelah dipikir-pikir sepertinya papa ingin berkata, “Nak, sederhanalah! Kamu masih muda!”. Ya sederhana. Sederhana dalam berpikir, sederhana dalam bertindak, sederhana dalam emosi, dan hasilnya adalah sederhana dalam berkehidupan.
Saya mahasiswa, masih muda. Saya kuliah dan berorganisasi, berguna untuk masyarakat tanpa harus ditekan oleh tekanan finansial. Itu sederhana? Ya itu sederhana. Saya tidak perlu ribet berpikir ini itu. Saya mahasiswa, saya hemat. Saya bisa makan dengan uang 200ribu selama sebulan. Itu sederhana? Ya itu sederhana. Tapi saya juga bisa makan dengan uang lebih 1 juta selama sebulan. Itu sederhana? Ya itu sederhana. Tergantung perspetif apa yang saya gunakan.
Timbul lah ucapan sinis, “kamu gila makan 200ribu sebulan? Makan apa kamu?” saya pernah mempraktekkannya selama beberapa bulan. Begini rinciannya:
- Beras 5 kg Ramos 52.000 (persediaan selama sebulan)
- Telur 20 butir 24.000 (persediaan untuk 20 kali makan)
- Mie rebus/goreng 20 bungkus 30.000 (persediaan untuk 20 kali makan)
- Ikan sarden 3 kaleng 50.000 (persediaan untuk 10 kali makan)
- Saus dan kecap 24.000 (persediaan untuk 1 bulan)
- Susu Indomilk 2 pack 20.000 (persediaan 15 kali minum)
Dan itu berhasil? Ya, Saya berhasil melakukannya selama 2 bulan berturut-turut dan berat badan saya sukses turun 2 kg. itu sederhana? Ya itu sederhana. Sisa uang berikutnya ya saya pakai buat travelling.
“Jika 200ribu saja bisa makan di Jakarta, lantas uang untuk apa lagi yang ingin saya cari?”, begitu pikir saya. Travelling? Sisa uang makan masih ada yang bisa dipakai. Dan itu sudah lebih dari cukup jika ditabung selama 2 bulan. Untuk kaya? Mana ada orang jadi kaya karena part timer? Tiba-tiba saya berpikir:
Apakah sederhana yang dimaksud papa adalah merasa cukup? Mungkin iya. Mungkin juga tidak. Ah, saya tidak ingin berspekulasi. Namun, dengan kondisi yang ada, sepertinya saya bukan tipikal orang yang bisa melawan ucapan orang tua saya. dan saya tetap tidak pernah jadi ikutan part time
Akhirnya saya percaya, saya masih muda, dan saya hanya sekali hidup dalam masa muda. Ada waktunya saya mencari uang, ada dan saya akan sampai pada masa itu. Papa dan mama juga pernah muda, mereka tidak part timer dimasa muda nya, atau mungkin karena mereka tidak pernah cerita tentang itu.
Saya mulai bertanya, apakah ini pelajaran dari mereka? Sepertinya Saya hanya bisa meyakini bahwa mereka sudah pernah muda, mereka sudah punya cerita. Dan saya yakin mereka sedang mengajarkan saya bahwa saya punya cerita sendiri yang akan diajarkan pada anak saya. dan akhirnya kesimpulan saya adalah sederhana.
Seindah apapun kelihatannya suatu hal dan setinggi apapun potensi kita meraih sesuatu, tetap lah sederhana. Biarkan semuanya terlaksana pada waktunya. Masa muda adalah masa untuk belajar tanpa beban orang dewasa. Ya, mungkin itulah sederhana. Menyiapkan diri dan bekal sampai masanya. Dan sekali lagi, mungkin itulah sederhana. Sederhana dari kaca mata saya.
NB: INI HANYA DARI PERSPEKTIF SAYA. KEBENARANNYA BISA SUBJEKTIF SEKALI
Komentar
Posting Komentar