Instagramming

Seonggok Hikmah di Islamic Book Fair


Malam ini, 7 Maret 2013. Saya bersama teman-teman saya menuju Istora Senayan. Kami bermaksud hunting buku di Islamic Book Fair dan men-support wahyu yang sedang mengikuti final lomba nasyid ditempat yang sama. Sesampainya disana, saya mencari tempat shalat dan ketika masuk musholla dibilang itu tempat akhwat, lalu kita ditunjuki jalan menuju tempat shalat bagi pria dan saya bergumam, “Oh God!!! Mana emansipasi laki-laki! Tempat shalat nya ga layak seperti ini!”

Well, lupakan itu. Bukan itu bahan cerita saya.

Jadi, setelah bertemu Wahyu, kita berpencar mencari buku-buku islam. Saya menangkap sebuah image yang kental dalam kepala saya. Aliran, saya menyebutnya begitu. Atau kita lebih mengenalnya dengan istilah “manhaj”. Sampai-sampai saya berpikir, mungkinkah penerbit-penerbit ini dipengaruhi ideologi yang dianutnya dalam menerbitkan buku? Mungkin saja.

Akhirnya saya putuskan menuju stand penerbit yang netral. Sebut saja Mizan, dan beberapa penerbit lainnya. Saya masuk ke stand nya dan saya mencari buku yang menarik. Saya terhenti pada sebuah rak buku yang ada buku “Bulughul Maram: Five in One” yang ditulis oleh Ibn Hajar Al Asqalany

Saya diam sejenak. Ini buku pasti sama seperti dirumah. Saya ingat sekali papa mengoleksi kitab-kitab seperti ini. seingat saya pula buku dirumah itu hanya ada hadits lalu terjemahannya. Sedangkan buku yang ada didepan saya ini ada abstraksi dan kesimpulan haditsnya. Bisa dikatakan bahwa it’s a perfect book.

Saya ambil buku nya dan melihat harganya Rp 119.000 discount 30%. Dalam hati saya berkata, “Ya sudahlah. Urungkan saja. Saya juga udah punya pdf nya, papa juga udah punya kitab nya. Udah pernah dibaca juga dulu malah”. Saya letakkan lagi. Tapi hati saya berat sekali meninggalkan rak itu. Sampai-sampai saya tidak sadar berteriak.

“Agghhh, aku mau beli buku ini! Allah!!”

Tiba-tiba seorang pemuda usia 30-an tahun menyapa saya.

“Mau beli buku ini mas?”

“Eh, iya pak. Saya tertarik. Tapi ya sudahlah”

“Bagus bukunya? Apa aja isinya? Tentang Fiqh bukan?”

“Ini bulughul maram mas. Semacam sumber ilmu abadi gitu dalam ilmu fiqh. Mulai dari bab Thaharah, shalat sampai nikah dsb ada disini”

“Mas, mau buku nya. Saya belikan”

“Oh, makasih pak. Ga apa-apa. Sama seperti punya papa dirumah kok. Saya juga udah punya pdf nya. Makasih mas”

“Udah ga apa-apa. Saya tadi hampir beli yang Bulughul maram disana. Yang cover keras.”

Akhirnya mas tersebut menunjukkan saya Bulughul Maram yang ingin dibelinya. Dan ya, pilihan beliau sama persis dengan kitab papa yang dirumah isi dan susunannya.

“Udah mas. Ambil kitab tadi. Saya yang belikan”

“Oh, ga apa apa mas. Makasih. Ga usah”

“Udah ga apa apa. Lagi pula pahalanya buat ibu saya. ayo lah mas ambil saja”

Akhirnya saya pergi keluar dari tokoh buku tersebut melihat bagaimana hasil lomba Wahyu. Pengumuman berlangsung. Dan beliau mencari saya. dan ya, beliau memberikan buku itu kepada saya. saya pun speechless.

“Mas, ini bukunya sudah saya belikan. Dibaca ya. Semoga kita bertemu kembali. Baca, ajarkan ilmu serta praktekkan ya mas. Agar kita semua mendapat pahala dari kitab ini”

Dan beliau pergi dari hadapan saya. Dari kisah ini saya tiba-tiba terpikir tiga poin penting.

Poin pertama, ketika kita benar-benar berazzam dan mengingat Allah dalam azzam kita itu. Allah dengan segera mempertemukan kita dengan hal terbaik menurutnya. Saya begitu berazzam membeli bulughul maram, walaupun papa sudah punya dirumah tapi saya sangat tertarik. Saya sampai teriak mengatakan saya mau buku itu. Allah! Ia langsung memberikan buku itu tanpa ba-bi-bu.

Poin kedua, saya melihat benar bahwa setiap detik bisa kita manfaatkan untuk memproduksi amal jariyah. Mas 30-an tahun ini membuktikannya, dia dengar saya begitu ingin buku ini tapi melihat saya meletakkan kembali ke rak nya, ia langsung membelikannya untuk saya. tujuannya apa, agar saya bisa membaca buku itu. Dan melalui amalan yang apabila saya praktekkan, itu akan kembali kepada mas itu sebagai penghubung dari Rizki dan Hikmah Allah.

Poin ketiga, menggembirakan dan memberi manfaat kepada kaum muslimin. Saya tiba-tiba ingat dua hadits yakni:

“Barangsiapa di antara kamu yang mampu memberikan manfaat kepada saudaranya, maka hendaklah ia bersegera memberikan manfaat kepadanya,” (Diriwayatkan Muslim dari Jabir ra.)

Orang yang paling dicintai Allah Ta’ala adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain. Amal yang paling dicintai Allah ”Azza wa Jalla adalah memasukkan kegembiraan ke dalam hati seorang muslim, menghilangkan kesulitannya, melunasi hutangnya, atau mengusir rasa laparnya.” (HR. Thabrani)

Apa yang dilakukan oleh Mas tadi itu, sudah memenuhi semua hal yang dikategorikan sebagai memasukan kebahagiaan kedalam hati seorang muslim. Saya begitu berkeinginan memiliki kitab Bulughul Maram : Five In One ini hingga saya tidak sadar teriak. Dan beliau benar-benar menyegerakannya. Ia memanfaatkan waktu yang ada untuk memberi manfaat pada saya. such amazing man.

Dan dari tiga poin itu, saya menyadari beberapa kesimpulan yakni:

  1. Ayo selalu berazzam sambil mengingat Allah
  2. Manfaatkan waktu untuk produksi amal jariyah (ingat, jika mati anak adam terputuslah seluruh amalnya kecuali sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakan orang tuanya)
  3. Selalu manfaatkan kesempatan untuk memberi manfaat dan memasukkan kegembiraan kepada hati kaum muslimin

Dan tiba-tiba saya berpikir, jika Pemuda 30-an tahun tersebut itu saja bisa. Kenapa saya tidak? Kenapa kita tidak? Kita bisa!!!

#Fastabiqul Khairat

Komentar

Postingan Populer