Instagramming

Trip to Yogya: Refleksi Ketuhanan (Riyan Al Fajri)

Trip To Yogya: Refleksi Ketuhanan (Riyan Al Fajri)

by Riyan Al Fajri (Notes) on Tuesday, February 5, 2013 at 7:53am
Berkunjung ke Yogyakarta akan terasa kurang lengkap jika kita tidak menyempatkan diri ke pantai nya. Ada beberapa pantai yang bisa dikunjungi karena jarak yang dekat dari Yogyakarta. Pantai Parangtritis yang dekat dengan bantul, dan Gunung Kidul yang memiliki beberapa pantai yang tak kalah indah.

Kali ini, saya berkesempatan mengunjungi pantai Kukup di Gunung Kidul. Kalian sudah pernah ke sana? Indah bukan? Pantai nya tidak panjang dan luas tapi pemandangannya, Masya Allah, luar biasa. Bila dipikir sepintas, nah loh kok di gunung ada pantai ya? Saya sempat melakukan itu. Ternyata, gunungnya itu ada lereng yang langsung bersentuhan dengan laut. Disana juga ada terumbu karang yang ya tidak ada bedanya dengan terumbu karang yang lain.

Lantas ini yang ingin saya ceritakan? Tenang. Saya tidak akan mendiskripsikan seperti apa itu pantai kukup kepada kalian karena sudah tentu itu akan sangat membosankan. Prinsip utamanya keindahan adalah dinikmati sendiri secara nyata bukan sekedar tulisan. Bukan begitu? Jadi, ditulisan ini saya akan menuliskan iktibar yang mampu saya petik ketika berada di pantai kukup. Baca sampai habis ya.

Pertama, pantai kukup, pasirnya putih, tidak terlalu panjang dan enak dipandang. Namun didepannya ada pantai yang begitu luas dengan deburan ombak yang sesiapapun pasti takjub melihatnya. Saya mulai berpikir disini bahwa apa yang kita lihat indah ini ternyata kecil. Pendek, tapi indah. Sedangkan yang jauh lebih luas didepan mata kita, yang jauh lebih perkasa, seringkali terlupa.

Ayo coba bayangkan, kita begitu suka main game, nonton tv, pacaran, dan lain lain yang kita anggap indah. Padahal, main game Cuma sebentar indahnya. Setelah keseringan main jadi bosan bukan? Nonton TV, ya sama-sama paham lah kita. Pacaran? Banyak kan yang bosan sama pasangannya? Tak perlu lah kita jelaskan lagi.

Nah, coba bayangkan kita shalat, baca quran dan melakukan amalan akhirat seperti perbuatan sosial dll. Bayangkan efek nya. Lifetime. Luas dan lama. Tidak percaya? Coba kita shalat dan baca quran, wis, hati tenang bukan main, kalau tak tenang berarti belum khusyuk. Shalat diperbanyak, baca Quran diperbanyak. Sosial? Efeknya ke umat loh. Bayangkan perbuatan kecil yang kamu lakukan untuk membantu seseorang bisa saja berarti besar bagi orang yang menerima bantuan kamu itu. Menakjubkan bukan?

Nah, itulah. Kita seringkali terpukau dengan keindahan yang sempit padahal Lautan luas yang dipenuhi ombak yang menakjubkan ada tepat di depan mata kita. Apa penyebabnya? Kita terlalu suka melihat yang awal dan terlalu cepat puas dengan apa yang kita dapat. Bisa diubah? Insya allah.

Kedua, pantai kukup ada tempat konservasi tumbu karang. Ketika itu saya congkel-congkel dalam terumbu karang tersebut. tahu apa yang saya lihat? Wah, ternyata ada bintang laut loh, ada keong pula serta bulu babi, dll. Tiba-tiba langsung terbayang dalam kepala saya, andaikan terumbu karang ini merupakan negeri ini. wah pas sekali bukan? Bhineka Tunggal Ika. Banyak orang nya, bermacam-macam jenis nya, tapi tetap aman di terumbu karang tersebut. setuju?

Coba bayangkan, di terumbu karang tersebut hidup bintang laut, keong, bulu babi, ikan-ikan, mereka sudah jelas berbeda. Tapi mereka bisa hidup disana. Kenapa? Apakah karena mereka sama? Tidak. Mereka berbeda. Apakah karena mereka akur? Saya rasa juga saling memangsa. Lantas kenapa? Jawaban yang paling masuk akal adalah seperti apapun mereka, mereka tinggal ditempat yang sama dan mereka sama-sama menjaga tempat yang sama tersebut.

Nah, seharusnya begitu lah kita. Kita harus tetap menjaga negeri ini. lingkungan nya agar bisa hidup di negeri. Bayangkan, apabila terjadi pembalakan liar, buang sampah sembarangan, atau buang limbah ke sungai, itu pasti akan menghancurkan. Negeri yang indah ini bisa jadi tempat penderitaan. Gersang, banjir, longsor bahkan air kotor, itu mimpi buruk bagi peradaban. Masa sih kita manusia bisa kalah dari hewan-hewan yang tinggal di terumbu karang? Tidak mau bukan?

Ketiga, konservasi tersebut ada juga ada campur tangan manusia. Mereka mengambil rumput laut untuk dijual, dan terumbu karang memproduksinya. Selain itu juga, manusia menjadikan pantai kukup sebagai lading usaha. WC berbayar, jualan makanan dan minuman, penginapan, dll, banyak manfaatnya. Nah, pantai saja mampu memberi manfaat sejauh itu. Itu pantai loh. Barang yang udah diciptakan. Bayangkan manusia. Jika kita tidak mampu memberi manfaat, apa kita tidak malu dengan hewan-hewan, tumbuhan-tumbuhan yang membentuk ekosistem pantai kukup?

Nilai-nilai itulah yang menurut saya bisa dijadikan iktibar untuk kita semua. Itulah keindahan ciptaan Nya, semacam refleksi ketuhanan. Bagaimana tidak? Allah selalu menitipkan tanda-tanda hikmah pada setiap ciptaannya.

“Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS Ar-Ra’d : 4)

Jika bukan kita yang mengambil hikmah nya, lalu siapa lagi? Kita mau termasuk kaum yang berpikir bukan? Semangat!

#Fastabiqul Khairat

Komentar

Postingan Populer