Instagraming

Filosofi Jalan Raya (Riyan Al Fajri)

Hari ini saya mau makan siang, jadi saya melewati jalan raya. Tiba-tiba saya terpikir tentang jalan raya. Iseng, saya coba tulis ini. Semoga bermanfaat. tapi sebelum membacanya, ingatlah, Penulis bukan berarti lebih baik dari pada pembacanya, tapi penulisnya berusaha menjadi yang lebih baik agar bisa senantiasa bermanfaat. Khairunnas Arfa'uhum linnas

Pernahkah kita melewati jalan raya? Ya tentu. Itu pasti. Tapi pernahkah kita berhenti sejenak dan berpikir hikmah yang dapat kita raih dari jalan raya itu? Kenapa jalan raya itu panjang, apa saja yang terjadi dijalan raya itu unik, dsb? Mungkin pernah tapi jarang bukan? Karena kita lebih sering berfokus bagaimana mencapai tujuan lebih cepat dari menikmati segenap hikmah dijalan raya. Benar bukan?

Pertama: Jalan Raya Berlubang, Jalan Kreatifitas”
Bicara masalah jalan raya, mari kita bayangkan kita sedang mengendari sepeda motor diatasnya. Hal yang pertama kali kita lihat tentu adalah jalan, bukan? Jalan raya bisa saja mulus, bisa jalan berlubang. Ini menandakan, perjalanan kita menuju tujuan kita bisa saja mulus bisa saja berlubang. Ketika jalan berlubang, apakah kita akan berhenti dan berputar arah? Biasanya, kita mencari alternatif jalan yang lebih bagus. Meski terkadang kita harus menempuh jalan yang lebih panjang. Kita mesti cerdas bertindak, cari jalan lain meski lebih jauh. Ingat, jika kita yang muda-muda ini mudah menyerah, bagaimana mungkin tujuan akhir kita akan tercapai? Ingat, tidak ada hasil tanpa usaha, bukan?

“Kedua: Jalan Raya Bergelombang, Jalan Pelatihan”
Jalan yang mulus akan membosankan, sampai ditujuan pun, kita tidak “dibekali” ketahanan menghadapi jalan yang jelek lagi. Berbeda ketika kita berhasil sampai tujuan melalui jalan yang jelek tadi, jalan yang bergelombang. Kita sudah punya pengalaman menghadapi hal-hal yang berat. Ketika kita menghadapi hal yang sama atau sejenis, kita sudah lebih kuat dan tahan banting.

Hal ini bisa kita analogikan pada sebuah kisah kupu-kupu. Kisahnya, ada seseorang yang meneliti kepompong. Ia melihat aka nada kupu-kupu yang lahir darinya. Ia lalu mengeluarkan kupu-kupu tersebut dari selubung kepompongnya. Beberapa hari kemudian, ia berharap kupu-kupunya bisa terbang. Namun, itu tidak berhasil sampai sang kupu-kupu menuju akhir hidupnya. Itulah yang dimaksud dengan tahan banting. Ketika kita dibantu dan semua berjalan mulus, kita tidak akan siap. Kita bisa melewati satu fase, tapi fase berikut dari kehidupan? Kita tidak akan siap.

“Ketiga: Saling Salip, Life is A Race”
Masih tentang jalan raya, saat mengendari kendaraan, kita menyaksikan ada kendaraan lain yang saling salip, bukan? Itu salah satu kisah tentang hidup. Jika kita lambat, ada jutaan orang dibelakang kita yang siap menyalip kesempatan kita. Ingat, misal, kita ingin menonton sepakbola ke stadion dan tentu itu perlu tempat parkir. Tujuan kita sama dengan orang yang searah. Jika didahului oleh orang-orang di jalan raya, kita bisa saja tidak mendapat tempat. Nah, jika kita tidak mendapat tempat, siapa lagi yang bisa kita salahkan selain kita yang terlalu lambat? Kan tidak mungkin kita mengutuki orang yang mendahului kita , bukan? Kalau pun kita mengutukinya, apakah dia akan memperdulikan kita?

Kita tahu bahwa hidup ini penuh perlombaan. Tapi ingat, bukan berarti semua hal perlu kita perlombakan. Kita tetap perlu menikmati perjalanan ini agar sampai ke tujuan. Toh tentang juara bukanlah tentang nomornya bukan? Tapi tentang bagaimana kita mencapainya. Dan untuk menentukan apakah itu hal yang berharga atau tidak, kita berkeyakinan bahwa itu bukan seberapa sering kita memenangi perlombaan, tapi seberapa banyak kita memahami keindahan dan hikmah dibalik semua yang terjadi, seberapa banyak kenangan indah yang mampu kita ukir dan seberapa arif kita berlaku setelahnya. Karena itulah hakikat perlombaan hidup, memanusiakan manusia.

“Keempat: Jalan Macet, Saatnya Berubah”
Ingat, jalan raya itu adalah jalanan. Ketika kita berkendara diatasnya, kita pasti tidak ingin macet. Saya yakin itu. Tapi apakah kita bisa memastikan hal itu? tidak. Bisa saja, ketika kita melaju, mobil kita mogok. Artinya, kita sendiri yang kehilangan motivasi dalam hidup untuk mencapai tujuan. Tujuan hidup ada didepan mata, tapi kalau sudah kehilangan motivasi, kita akan menyerah. Jangan kan untuk sampai ke tujuan, untuk bergerak saja tidak akan mau.

Namun, macet bisa pula disebabkan orang lain yang berhenti didepan kita. Transportasi umum, misalnya. Ia berhenti disembarang tempat untuk mencari penumpang. Ini sering terjadi dalam hidup kita. Ketika karir seseorang mandeg, kita ikut-ikutan dibelakangnya. Kenapa? Transportasi umum tadi berhenti menyebabkan macet karena kita mengikutinya dari belakang bukan? Itulah hidup. Jika kita mengikuti seseorang dalam hidup, kita cenderung mengikuti hidup orang tersebut. Tidak jarang, kita ikut-ikutan terbenam dalam kehidupannya. Untuk kita, kita perlu berdikari. Kita perlu menjadi diri sendiri. Ingat, ketika kita menempuh jalan kita sendiri, kita bisa bebas menentukan jalan apa yang akan kita lewati tanpa harus takut berhenti karena orang yang kita ikuti berhenti.

Selain itu bisa pula macet terjadi karena kecelakaan orang lain, kita dalam hidup sering melihat ada orang-orang yang gagal dalam hidupnya. Jika kita sadar bahwa kecelakaan itu akan memperlambat kita, apakah yang akan kita lakukan? Ya benar! Kita perlu menolong orang yang kecelakaan tersebut. Bukan untuk kita saja, jalan kita, tapi untuk semua orang yang sedang menempuh jalan yang sama. Dan ketika kita menolong orang yang kecelakaan ini, jalan akan mulai kembali seperti semula. Kita akan mendapatkan kepuasan atas apa yang kita lakukan. Dan ketika tujuan sudah didepan mata, kita tidak akan pernah melupakan perjalanan hari itu.

“Kelima: Pemandangan Sekitar Memang Indah, tapi Itu bukan Tujuan”
Siapa orang yang tidak menyadari pemandangan yang indah selama di jalan raya? Ya orang-orang yang dikota! Tapi bagaimana jika kita sedang berada di jalan-jalan pinggir kota, lalu ada gunung yang indah, pepohonan yang saling menjaga jarak, serta melihat rerumputan yang tak segan memberikan kesejukan mata? Itu akan berbeda ceritanya. Namun, meski pemandangannya begitu indah, apakah kita akan berhenti disana? Ya kita mungkin saja akan berhenti tapi apakah akan lama?

Mari kita cerna baik-baik. Dalam hidup ini, kita sering melihat sesuatu yang indah bukan? Tapi kita mesti menyadari, hal indah tersebut bukanlah tujuan kita. Dan kita mampu menyadari hal tersebut, apakah kita akan berhenti dijalan raya dalam waktu lama atau kita bersegera menuju tujuan kita? Terkadang kita bisa terlena, tapi ingat, kita punya tujuan yang lebih besar kawan!

#Fastabiqul Khairat

"Beri waktu diri kita untuk mulai menggali hikmah atas pengalaman-pengalaman kita. Insya Allah, kita akan menemukan hal-hal yang mencengangkan. Karena diri kita ini Unik dan Luar biasa" - Riyan Al Fajri
"Beri waktu diri kita untuk mulai menggali hikmah atas pengalaman-pengalaman kita. Insya Allah, kita akan menemukan hal-hal yang mencengangkan. Karena diri kita ini Unik dan Luar biasa" - Riyan Al Fajri

Komentar

Postingan Populer