Instagraming

Politisi Otak Kanan?

Pemateri             : Mustofa B. Nahrawadaya (Humas PP Muhammadiyah; Staf Ahli DPR RI)
Tema                 : Marketing Politics – Right Brain Management
Tempat               : Sekolah Politik Kerakyatan KIBAR
Waktu                 : Sabtu, 15 Juni 2013. 15.45-17.25
Resume oleh       : Riyan Al Fajri

Kita sudah berada dalam sebuah zaman yang berbeda. Dewasa ini, kita mampu mengidentifikasi suatu perkembang dari masyarakat kita. Apa itu? Masyarakat kita telah berkembang menjadi Masyarakat Berteknologi. Pada keadaan ini, Ada hal yang perlu kita perhatikan.

  1. Kemajuan teknologi serta merta akan mengubah visi manusia. Akibatnya siasat politik pun harus diubah. Hal ini untuk mengakomodasi perkembangan visi manusia.
  2. Komunikasi antar manusia “terjadikan” semakin pendek berdasarkan jarak dan waktu. Kita bisa menghubungi A,B,C yang ada di lainan pulau dengan kita dengan telpon bukan? Itu salah satunya. Ini mengakibatkan politik harus dinamis. Politik yang statis tidak akan pernah berkembang
  3. Globalisasi menyebabkan batas-batas hilang. Ada banyak ideologi, paham-paham, budaya yang masuk ke negeri kita. Untuk itu, politik harus efektif mengarahkan semua itu untuk mencapai tujuan.
  4. Teknologi menghancurkan budaya manusia. Misal, budaya menulis buku ketika zaman dulu sekarang digantikan dengan zaman media sosial. Sehingga generasi sekarang minim karya. Untuk itu, politik harus mampu mengakomosi perubahan yang terjadi.

Masalah-masalah diatas harus bisa dijabarkan dalam strategi politik yang akan kita bawa. Namun, sebelumnya kita mesti memahami lingkup politik kita. Lingkup politik ada 6.
  1. Membicarakan
Orang-orang yang membicarakan politik, seperti BBM naik, partai Z seperti ini dan itu, dia sedang berpolitik atau dia sedang menjadi bagian dari “politik”. Terlepas apakah dia berada diposisi yang benar atau berada diposisi yang menjadi korban dari politik.

2. Menghindari
Terkadang ada pula orang-orang yang anti dengan politik. Apa yang dilakukannya ini merupakan salah satu dari politik. Apalagi ia membuat orang lain mengikuti langkahnya, dia adalah salah satu politisi

3. Menghadapi
Tipikal politik seperti ini lebih dikenal sebagai “pemain” atau “pejuang” dalam politik. Mereka terlibat langsung menyusun massa, menyampaikan ide, dan meng-counter isu-isu yang diciptakan melalui proses politik

4. Memecahkan
Politik memiliki banyak masalah. Nah, ini adalah posisi orang-orang yang berusaha memecahkan masalah. Masalah BBM misalnya, ia tidak hanya bicara. Ia menemukan energy alternatif misalnya.

5. Mengambil keputusan
Politik identic dengan mengambil keputusan. Ini terkait politik erat dengan “kebijakan public”

6. Action
Ketika, kita menghadapi isu politik, mengambil keputusan. Langkah politisi yang lebih nyata adalah AKSI. Jadi, semua tidak hanya menjadi dokumen saja. Ada karya nyata yang dibuat, semangat nyata yang dialirkan.
Ingat pula, lingkup-lingkup tadi menjadi terlihat jika ada yang ditanggapi. Dalam politik, kita menyebutnya Isu. Kenapa demikian? karena politik memerlukan isu, untuk itu, politik harus membuat isu. Hal terpenting dari isu bukan bagaimana isu nya tapi bagaimana manajemen isu itu. isu dapat bersumber dari:
  1. Tema yang dirumuskan (secara sengaja)
  2. Pejabat yang berwenang (kebijakannya)
  3. Sikap-sikap lain (kajian sikap-perilaku, manajemen public, media massa, dan pendapat pakar)

Untuk mampu melakukan manajemen isu, politisi haruslah menjadi POLITISI OPEN STYLE. Maksudnya, ia menjadi politisi yang dinamis, terbuka dan interaktif. Politisi harus memiliki kemampuan berinteraksi, komunikasi, dan diplomasi agar bisa dikenal dan mampu menyampaikan ide dengan baik. Nah, dari isu-isu tadi, saat politisi yang open style tersebut melakukan implementasi, akan “terpancarlah” citra dari sang politisi. Ini bisa digambarkan melalui peningkatan kinerja dan citra pribadi.
Peningkatan citra dan kinerja dianggap berhasil apabila politisi mampu:
  1. Membina hubungan baik, baik itu melalui forum-forum silaturrahim maupun dalam menyampaikan ide-ide.
  2. Menciptakan lingkungan yang mendukung, bisa berupa rumah, kantor, komunitas dsb.
Intinya, apapun yang dilakukan politisi SEYOGYANYA berfokus pada “SELALU MELAYANI”, jangan sekali-kali “INGIN DILAYANI”. Itu akan menghancurkan sendi-sendi demokrasi ini.

Dalam me-manage isu, kita perlu memahami bahwa ada 4 pilar dalam demokrasi yaitu: legislative, eksekutif, yudikatif dan MEDIA. Media bertindak sebagai pengamat dan pengawal demokrasi. Kenapa? Karena media-media mainstream ketika memberikan perhatian pada suatu kasus, kasus tersebut cenderung mendapat perhatian public. Dan biasanya, kasus tersebut akan lebih cepat ditindaklanjuti.

Penggunaan media dalam politik bisa berujung pada dua, yaitu: manfaat pencitraan dan menurunkan citra lawan. Sejauh ini, jika kita menggunakan media mainstream dalam meningkatkan citra. ITU PASTI AKAN SANGAT MAHAL. Kita harus membuat media baru, kita harus urus izin ini dan itu. itu jelas akan menyusahkan. Tapi kita tetap bisa melakukan manajemen isu dengan media secara gratis. Kita bisa menggunakan MEDIA SOSIAL.

Penggunaan media sosial memang gratis, tapi kita mesti memiliki kemampuan. Salah satunya kemampuan tulis. Menulis dengan gaya biasa, orang akan jarang membaca. Untuk itu, pada posisi ini, politisi harus punya kemampuan daya pikir otak kanan. Kita bisa menggunakan gambar, kalimat sederhana tapi mengena, dan lelucon-lelucon politik yang menyegarkan. Hal ini lebih efektif daripada sebuah artikel yang belum tentu akan dibaca orang lain.

Namun yang perlu kita perhatian adalah garis start penggunaan media sosial. Kita berkicau “padahal” kita bukan siapa-siapa, kicauan kita tidak akan didengar. Untuk itu, kita perlu melakukan RELEASE MEDIA. Bagaimana pun, kita harus mampu menembus media mainstream dalam penulisan artikel beberapa kali agar kicauan kita bisa dipercaya, setidaknya oleh beberapa orang.

Dan yang terpenting dari media sosial, ANDA HARUS BERANI NARSIS. Media sosial adalah alat promosi gratis yang paling efektif. Jika anda tidak bisa narsis, dokumentasi tentang diri anda tidak ada, anda akan susah dikenal. Dan ketika anda ingin dikenal, anda harus bikin iklan, itu akan sangat mahal sekali. Anda cukup foto diri anda saat-saat anda melakukan kegiatan, dan upload. Tidak sekarang, tapi suatu hari nanti, foto-foto itu, tulisan-tulisan itu, kata-kata itu, akan membawa “pengalaman” baru untuk anda.

Dan ketika kita bicara politisi, kita bicara masalah pemimpin. Ingat, ada 4 syarat utama untuk menjadi pemimpin yang baik:
  1. Taat dan paham agama
  2. Memiliki track record yang baik
  3. Tidak memiliki kasus hukum
  4. Menguasai bidang ilmu tertentu

Ketika anda memiliki 4 hal tersebut, cepat atau lambat, sekarang atau nanti, jika ada melakukan kerja politik, anda tidak akan lama lagi akan menjadi pemimpin baru Indonesia. Dan kita butuh orang-orang seperti anda untuk memimpin negeri ini.

"Menjadi pemimpin itu bukan tentang bagaimana ia mampu tampil didepan khalayak dan mengambil keputusan yang menguntungkan semua pihak, tapi bagaimana dirinya ditempa hingga mampu melakukan hal yang demikian" - Riyan Al Fajri
"Menjadi pemimpin itu bukan tentang bagaimana ia mampu tampil didepan khalayak dan mengambil keputusan yang menguntungkan semua pihak, tapi bagaimana dirinya ditempa hingga mampu melakukan hal yang demikian" - Riyan Al Fajri

Komentar

Postingan Populer