Instagraming

Moh. Hatta, Kisah Si Kaku Bendahari dari Minangkabau

Resume Oleh Riyan Al Fajri
UNTUK NEGERIKU : BUKIT TINGGI – ROTTERDAM LEWAT BETAWI



Cetakan ke 3, September 2013, 323 Halaman
Author : Mohammad Hatta, Wakil presiden RI 1

Hatta, Ghandi of Java, begitu media jepang tahun medio 30-an menyebutnya begitu. Kali ini kan kuceritakan padamu sedikit-banyak tentang pria asal sumatera barat ini. Suatu waktu, Ia pernah menjadi yang paling tak ku suka dari semua tokoh nasional. Aku salah memaknai Negara Paripurna. Pikirku bahwa ia lah yang menghasut perwakilan Islam untuk mengganti sila pertama Pancasila. Aku kira, nasionalis-sekuler! Memang kala itu AA Maramis beralasan, apabila Islam dipakai pada sila pertama, Indonesia timur pastilah akan memisahkan diri. Ini tentu harga yang mahal, belum lagi merdeka, sudah terpecah pula. Islam dibarter dengan gabungan nusantara lengkap. Gabungan yang sampai detik ini kita lalui bersama.

Lama ku simpan ketidaksukaanku pada beliau. Bapak Koperasi Indonesia, kata orang, bukan penyilau bagiku untuk menyukainya. Mungkin, karena aku memang belum tahu apapun. Aku belum tahu apapun.

Suatu waktu, seorang kenalan dosen disebuah universitas di Sumatera memperkenalkanku dengan pemikiran komunis. Aku ingat sekali aku bisa mempelajari literatur mahal komunis dengan mudahnya. Sampai aku terkagum-kagum dengan karya besar pembesar mereka. Sebut saja Tan Malaka dengan Madilog dan Naar een Republik Indonesia nya. Lama aku hayati komunis ini, tak seperti yang guru-guruku cerita bahwa komunis anti Tuhan. Iya, itu komunis Rusia. Tapi Tan Malaka tidak anti Tuhan, yakinku.

Ku kembangkan literatur hingga ku temukan sosok Hatta disebut dalam beberapa pertanyaan, “Apakah Hatta seorang Sosialis?”, “Apakah Hatta seorang Marxis?”. Jika marxis menyamakan semua rakyat dalam kesejahteraan, aku berkata tidak. Marxis menyamakan derajat manusia dengan diktatorial proletar. Komunis menyamakan derajat dengan satu pemimpin dan lainnya budak. Mereka anti tuhan, iya! Lantas sosialisme merupakan perwakinan ideologi yang telah tercoreng itu? Iya.

Tapi sedikit aku terpikir, “bukankah Al Quran terlebih dahulu mengajarkan nilai-nilai sosialisme ketimbang Karl Marx?”. Ku kira ada benarnya juga. Belakangan ku temukan dalam buku Hatta, benar apa yang ku pikir itu. Al Quran telah lebih dahulu untuk menyamakan derajat, tapi bukan dengan cara diktator, tapi cara hikmah dan rahmat bagi seluruh alam.

Sampailah saat aku mulai tergila-gila dengan Teologi Al Maun. Aku mencoba membuka buku-buku harta. Ku temukan lagi Hatta dalam koperasi yang meskipun kita pahami ia contohi itu karena pernah sekali waktu ia berkunjung ke skandinavia. Meniru tak apalah, asal untuk manfaat umat.

Lantas, pada suatu waktu, aku berazzam ingin mengenali nya lagi. Sangkaku dipercepat, aku temukan sebuah otobiografinya yang dicetak pada tahun 1979. “Ah, bagaimana kan ku dapatkan buku-buku itu?”. 1 tahun lamanya sejak azzam itu, aku bertemu dengan kumpulan otobiografi ini. ku beli dan ku lahap habis dalam 3 hari. Setelah buku ini ku baca, maka semakin aku jatuh hati pada pribadi pria berkata mata ini. bagaimana tidak? Simaklah apa yang ku sarikan dari kisahnya Hatta sehingga terpatri lah semangat baru dalam diri kita.



Hatta, ia lahir 12 Agustus 1902 di Bukit Tinggi. Nama resmi kotanya adalah Fort de Kock. Tapi rakyat agam menyebutnya Bukittinggi. Nama Fort de Kock itu mengingatkan kita pada perang Padri 1820-1840-an. Perang Paderi berawal dari pertentangan kaum adat dan agama. Guru-guru agama yang baru kembali dari Mekkah, yang disana terpengaruh dengan sikap keras dan murni kaum Wahabi, mau membersihkan agama islam di Minangkabau dari berbagai perbuatan yang diadatkan seperti mengadu ayam, makan sirih, dan mengisap cerutu.

Beberapa bagian hukum adat dianggap mereka bertentangan dengan hukum islam. Mereka lupa bahwa hukum yang setinggi-tingginya dalam dalam islam adalah damai. Damai membawa kesejahteraan kepada segala golongan dan memperbesar rasa bakti kpada tuhan yang maha kuasa. Diatas dasar damai itu Nabi Muhammad SAW membiarkan berlaku hukum kebiasaan di tanah arab yang menjamin keselamatan umum.

Tapi menurut kebiasaan, pengikut-pengikut baru dalam islam yang belum memahami ajaran islam seluruhnya untuk dunia dan akhirat lebih fanatik dibandingkan dengan rasul dan pengikut-pengikutnya yang pertama.

Tentang sekolahnya, Hatta direncanakan akan disekolahkan disekolah rakyat 5 tahun dan malamnya mengaji di Surau Inyik Djambek. Tamat atau tidak dari sekolah rakyat, saat pak Gaek nya ke Mekkah, ia akan diikutkan dan disekolahkan di sana, setelah menyambung kuliah di Kairo. Kota Pendidikan Islam terbesar pada abad itu. Namun, takdir Hatta sudah diputuskan berbeda. Karena tak cukup umur, ia akhirnya sekolah dulu disekolah Swasta Belanda milik Tuan ledeboer. Setelah 6 bulan, ia akhirnya bisa masuk ke sekolah rakyat dengan tetap melanjutkan sekolah belanda nya itu.

Saat ia duduk di kelas III sekolah rakyat, pak gaek nya akan pergi ke Mekkah. Niat semula kan membawa Hatta, urung oleh Ibu nya yang tak setuju karena Hatta masih kecil sedangkan pengajian Al Qurannya belum tamat. Idri, Paman bungsu Hatta, yang menggantikannya. Sebenarnya ayah Gaek nya tidak setuju dengan perubahan rencana ini, akhirnya ia mengalah juga, “Ini barangkali sudah takdir Allah”, katanya,”Ikhtiar dijalani, takdir menyudahi”.

Berturut-turut, ia melanjutkan ke MULO (Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs ; kira-kira setingkat SMP sekarang). 1916, ia lulus dari MULO dan lulus di HBS. Namun karena tak diizinkan karena masih berusia 14 tahun ke Betawi, akhirnya ia bekerja di kantor pos sebagai asisten Pos.

Selama masa itu dipadang itulah datang Nazir Dt. Pamontjak dari Betawi. Ia baru setahun lulus dari HBS (Hogere Burger School) dan akan melanjutkan kuliah ke Universitas Leiden. Ia datang sebagai utusan Jong Sumatranen Bond (JBS). JBS saat itu berniat mengepakkan sayap ke Sumatera. Saat Nazir berpidato, Hatta mengingat:

Teringat olehku suatu peribahasa yang selalu didengungkan oleh seorang guru ilmu bumi yang bernama Van Der Veen, "Molukken is het verleden. Java is het heden en Sumatra is de toekomst" (Maluku adalah masa lalu, jawa masa sekarang dan sumatra masa depan). Aku yang belum mengerti politik tidak mengerti bahwa itu adalah semboyan kolonial belanda.

Maluku sudah habis dalam abada ke 17, karena tidak cukup menghasilkan keuntungan yang diinginkan. Lalu ditinggalkan sebagai sapi perahan yang sudah kurus. Maluku dijadikan masa lalu.

Jawa sebagai gantinya, yang menghasilkan keuntungan berlipat ganda dari yang dahulu. jawa sudah diperas, tempat perusahaan berbagai rupa, mengggali keuntungan dengan produksi gula, teh, kopi, kina, jati, karet dan lainnya. Tanahnya subur dan penduduknya rapat, yang mudah menghasilkan "Kuli" dengan upah murah, menjadi jaminan untuk keuntungan besar.

Betapa juga besar keuntungan yang dihasilkan oleh jawa itu belum mencukupi, harus ditambah dengan keuntungan sumatera yang tanahnya banyak mengandudng minyak dan logam berbagai rupa. Sumatera terkenal sebagai "tanah yang tidak terbatas kemungkinannya" adalah pulau harapan bagi kapitalisme kolonial. Sumatera akan diperas dimasa datang.

Setelah itu ia melanjutkan studi ke Betawi di Prins Hendrik School. Bersama ia tergabung dalam JBS, ia pula tidak sedikit banyak berkesempatan dengan tugas-tugasnya. Desember 1919, JBS mengadakan pemilihan pengurus baru, Hatta dipercaya menjadi bendahari. Bersama rekan-rekannya JBS, mereka mendatangi kediaman H.Agus Salim untuk silaturrahim. Panjang cerita pada malam itu dirumah beliau, sampai suatu ketika Amir, rekannya di JBS, menyela H. Agus Salim dengan pertanyaan, “Bagaimana menyesuaikan Kapitalisme dengan islam sebab sosialisme didirikan Karl marx bersifat Anti Tuhan?”

Dengan mudah, H. Agus Salim menjawab:

Nabi Muhammad SAW yang di utus Tuhan mengembangkan Islam di atas dunia ini sudah 12 abad lebih dahulu dari Marx mengajarkan sosialisme. Perkataan sosialisme baru didalam abad 19. Sosialisme Marx anti tuhan. tetapi tujuan yang hendak dicapai masyarakat yang berdasarkan sama rasa sama rata yang bebas dari kemiskinan, sudah lebih dahulu dibentangkan dalam islam, agama Allah yang disampaikan Nabi Muhammad kepada umat manusia. Sayangnya, ulama ulama kita hanya mengutamakan segi ibadat dan fiqh dan melupakan segi kemasyarakatan itu daripada islam.

Mengerjakan segi kemasyarakatan itu ialah juga perintah Allah dalam al quran. dari ulama ulama kita dididikan langgar yang pengetahuannya berat sebelah tidak dapat diharapkan bahwa mereka akan sanggup menelaah segi kemasyarakatan itu dalam islam.

Inilah kewajiban bagi kaum intelektual islam yang mempelajari ilmu-ilmu sosial. Tjokroaminoto sudah mulai memperingatkan kepada umat islam segi sosialisme dalam Islam. Aku akan membantu dia dengan sekuat-kuat tenagaku.

Islam adalah sosialisme yang diperintahkan Allah. Ajaran marx untuk mempelajari sosialisme lain coraknya. Ajaran itu menyesatkan orang islam. tapi yang ditujunya sudah 12 abad lebih dahulu dalam islam. Uraian H.Agus Salim itu membuat keyakinannya pada Sosialisme bersarang hebat dalam jiwanya. 

1921, Hatta Lulus dari PHS. Padamulanya, ia tidak memasukkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan. Namun, lama ia berpikir hingga ia coba meminta nasihat gurunya di PHS. Hampir rata-rata guru berpendapat sebaik-baiknya ia terus saja bekerja. Mengingat pada saat itu, hubungan dagang KPM sangat baik. Gaji permulaan saat itu ditawari f350 sebulan, plus gratifikasi 6 kali gaji dalam setahun. Bayangkan anak muda umur 18 tahunan beroleh gaji f525 perbulan ketimbangan gaji guru yang baru datang dari Nederland yang punya acte MO hanya f300. Semua hampir serupa pendapatnya, Tuan kerdel, Broekhuizen, dsb. Baru Dr. De Kock, guru pelajaran kimia dan pengetahuan barang yang agak berlainan pendapatnya. Ia berkata pada Hatta:

Engkau Masih muda, Tuntutlah ilmu lebih dahulu, supaya engkau kelak mempunyai pengetahuan ilmiah sebesar dasar pengetahuanmu praktik nanti.

Jangan engkau terburu-buru masuk praktik (dunia kerja) karena keadaan luar biasa dan gaji besar sementara. Semuanya itu tidak kekal. Sesudah beberapa tahun bisa terbalik dengan segala akibatnya. Tetapi dasar ilmu yang kokoh itu kekal. Sebab itu tuntutlah ilmu lebih dahulu.

Nasihat Dr. De Kock inilah yang menguatkan niat Hatta untuk meneruskan pelajaran ke Rotterdam.
Sampai di Negeri Belanda, ia melanjutkan pendidikan di Rotterdamse Handelshogeschool. Ia pula mengikuti kuliahnya Prof. Oppenheim, Guru Besar Tata Negara di Leiden dan Ketua Perkumpulan Otonomi untuk Hindia Belanda. Ia pula berkesempatan berjalan-jalan ke Jerman dan Eropa tengah. Saat itu, jerman sedang dilanda inflasi hebat pasca kalah perang dunia. Buku-buku bagus di Jerman kalah itu, terhitung murah karena jatuh harga nya atas mata uang gulden. Diborongnya lah buku-buku itu.

Sejak September 1921, saat mengunjungi Leiden, Hatta telah tercatat sebagai anggota Indische Vereeniging. 19 Februari 1922, dalam rapat IV, ditunjuklah Hermen Kartawisastra menjadi ketua, dan Hatta ditunjuk Hermen menjadi Bendahari Indische Vereeniging. Pada rapat itu pula, nama Indonesische Vereeniging dipakai sebagai kelanjutkan IV. Dan kelanjutannya mengganti nama Indonesia dari Nederlands-Indie. Pada masa itu baru dikenal dari Buku Prof. Van Vollenhoven kata Indonesier dan Indonesiscsch (adj). Kata “Indonesia” sebagai tanah air diciptakan oleh Indonesische Vereeniging.

Melalui majalahnya, Hindia Poetra, Hatta dan kawan-kawan melakukan propaganda untuk memperkenalkan Indonesia di dunia internasional. Inilah saatnya Internasionalisasi isu Indonesia sebagai sebuah bangsa.
Pada Juli 1922, Ia menerima surat di Berlin mengatakan bahwa Tan Malak ada di berlin. Saat itu Hatta sedang di Jerman untuk liburan. Saat bertemu Tan Malaka,  Ia bertanya pada Tan, apakah ia akan menetap di Moskow. Ia menjawab:

bahwa pada tempatnya aku pergi ke Moskow karena Moskow adalah pusat gerakan komunisme seluruh Dunia. Tetapi aku tidak pernah tinggal di Moskow. aku tidak akan beristirahat, tetapi akan terus bergerak dan berjuang untuk Indonesia Merdeka. Aku meneruskan perjalanan ke timur jauh dari situ berhubungan dengan pergerakan kemerdekaan diseluruh Asia. Di moskow berlaku diktator Stalin. Aku tidak akan bisa hidup. Aku tidak mempunyai tulang punggung yang mudah membungkuk. Aku tunduk pada prinsip yang difakati bersama, tetapi tidak bisa dan tidak biasa menundukkan diri pada orang seorang.

Dari gerakan komunisme yang dipelajari Tan Malaka, dari semulanya berlaku dasar sama rata sama rasa, berlaku demokrasi yang sepenuhnya. Tetapi komunisme dibawah seorang pemimpin yang berkuasa, yang lain itu budaknya. Apakah ini pembawaan daripada golongan bangsa yang disebut Salvische Volkeren? Ia menekankan kata Salvisch itu seolah-olah artinya sama seperti Slaaf atau budak. Kata Tan Malaka lagi, “Sebab itu, Aku menajuhi lingkungan yang bertentangan dengan komunisme yang sebenarnya. Aku pergi ke timur jauh, ikut berjuang disana untuk kemerdekaan bangsa Indonesia”.

Pada tukar bertukaran pikiran itu, terbuka mata Hatta bahwa suatu waktu Tan Malaka yang lurus tulang punggung keyakinannya akan bertentangan dengan Stalin, mungkin selanjutnya akan dikeluarkan dari organisasi komunisme yang dikuasai oleh stalin.

Beberapa waktu berlalu, datanglah Basuki dari Jong Java dan Amir dari JSB. Mereka terkena teosofi Ir. Fournier dan Ir. Van Leeuwen. Mereka menganjurkan persatu jong-jong menjadi Jong Indie. Tapi ketika Ir.Fournier bertanya bagaimana Islam memandang teosofi, jelas kata  Hatta, itu bertentangan. Namun, Ir Fournier membujuk dengan berkata bahwa teosofi bukan ajaran agama, melainkan ajaran dan memperkuat pendirian islam untuk mencapai persaudaraan bangsa-bangsa di dunia. Tetapi hatta terus menolak.

Saat di Belanda itu, Hatta aktif mengirim berita dari nederland ke majalah Neratja di Hindia Belanda. Di Belanda pun, ia mengurusi Hindia Poetra nya Indonesische Vereniging dan pula mengurusi Gedenkboek Indonesische Vereeniging. Banyak sudah tulisan yang ia bubuhkan seperti Indonesia dalam masyarakat dunia, Indonesia ditengah revolusi asia, dsb. Lantas tak lama setelah itu, 1925, diterbitkanlah majalah Indonesia Merdeka pertama di negeri Nederland.

Pada 8 Februari 1925, Nama Indonesische Vereniging berganti menjadi Perhimpunan Indonesia. Banyak sudah upaya dan daya Belanda merusak jalannya organisasi. Bahkan orang tua di hindia belanda di ancam untuk dipecat apabila ada anaknya yang bergabung dengan Perhimpunan Indonesia. Kondisi semakin sulit hari ke hari. Semakin sulit kondisi bukannya PI semakin lemah, semakin solid lah organisasi ini. Bahkan bisa mengongkosi perwakilan ekonom untuk ke Skandinavia mempelajari bagaimana mereka menjalankan kooperasi. Tujuannya tak tanggung-tanggung, sebut saja Denmark, Swedia dan Norwegia.

1926, Hatta mendapat kepercayaan menjadi ketua Perhimpunan Indonesia. Tak lama setelah itu, Semaun, seorang tokoh Komunis, mengunjungi Hatta. Ia menceritakan bahwa sebenarnya pemberontakan PKI tidaklah mendapat persetujuan dari Stalin. Tapi apa daya, Semaun sebagai perwakilan yang kini baru sampai di Moskow, harus kedahuluan oleh PKI di Jakarta. Pemberontakan itu dengan mudah dilumpuhkan pemerintah kolonial. Ini berpengaruh pada pergerakan rakyat semua.

Lama keduanya bertukar pikiran, akhirnya, sampailah pada sebuah kesimpulan bahwa PKI telah gagal. Dan adalah sebaik-baiknya, perhimpunan Indonesia mengambil alih pempinan seluruh pergerakan nasional dengan perjanjian seluruh sisa sisa PKI tidak akan mengadakan tantangan. PI akan mendirikan sebuah partai baru yang tidak begitu radikal dan menyesuaikan diri kepada keadaan di Indonesia. Tapi tetap berdasar non-cooperation.

Partai baru itu tujuannya mendirikan negara dalam negara. Mula-mula didirikan Indonesia disebelah hindia Belanda. Ia perlu punya majalah sendiri. Kemudian diadakan kongres setiap 3 tahun. Dikemukan apa yang diperlukan dan pendidikan rakyat dengan tiada menuntut pemerintah belanda melaksanakannya. Perlu sekolah, dirikan sekolah sendiri. Perlu rumah sakit, dirikan sendiri. Semua bekerja sendiri. Lambat laun, kongres diundang juga pemimpin yang bukan anggota partai. Gunanya untuk menemukan apa yang perlu dikerjakan untuk kepentingan rakyat. Akhirnya, kongres itu menyerupai dewan rakyat yang sebenarnya. Tempat wakil wakil bersuara.

Lalu Hatta mengikuti Kongres Liga menentang penindasan kolonial di Brussel. Lama di luar Nederland, sampai 1927, ada sebuah berita penggeledahan oleh polisi belanda dan menyatakan hatta dan kawan-kawan ditangkap. Padahal ia berada diluar nederland dan masih bebas. Lantas pulang lah Hatta dan kawan-kawan ke Nederland. Ia ditangkap dan dipenjara-sementarakan. Saat ditangkap itu, Mr. Duys dan Mr. Mobach datang menjadi pembela mereka.akhirnya setelah lama bersidang, Hatta dan kawan-kawan bebas dari segala tuntutan.
Dalam pembelaannya, Hatta mengatakan:

Sinar merah masa datang sudah mulai menyingsing sekarang. Kami Menghormati itu sebagai datangnya haru baru. Pemuda Indonesia harus menolong kami mengemudi ke jurusan yang benar. Tugasnya ialah mempercepat datangnya hari baru itu. Ia harus mengajar rakyat kami kegembiraan, bukan sengsara saja yang harus menjadi bagiannya. Mudah-mudahan rakyat Indonesia merasa merdeka dibawah Langitnya dan mudah-mudahan mereka merasa menjadi tuan sendiri dalam negara yang dikaruniakan tuhan kepada mereka

Sekarang aku sedang siap menunggu keputusan tuan tuan tentang pergerakan kami. Akta Rene De Clerq, yang dipilih pemuda Indonesia sebagai petunjuk, hinggap di bibirku:

“Hanya satu tanah yang dapat disebut tanah airku, ia berkembang dengan usaha, dan usaha itu ialah Aku”

Dan itu adalah aku! Hatta, dengan semua kemampuan indahnya menggambarkan segala sesuatunya. Itu terjadi puluhan tahun yang lalu. Bahkan sudah tua lah republik ini untuk kita. Dan kita? Andai Hatta hari ini masih hidup ditengah kita, aku sangsi akan apa yang kan diucapkannya. Tapi terlepas dari itu semua, negeriku hanya akan bisa berkembang karena usaha. Dan usaha itu aku! Bagiamana dengan negerimu?

Komentar

Postingan Populer