Instagraming

Maret dan Semua Yang Terindah Dengannya

Oleh Riyan Al Fajri

Kamu punya bulan yang kamu nanti-nanti? Mungkin ada. Jika kamu bertanya bagaimana dengan saya. Ya, saya punya. Saya pikir, Maret ini akan menjadi puncak dari segala kehidupan saya selama masa transisi ini. Betapa tidak? Saya kira akan ada sebuah pengumuman yang menegangkan untuk dinanti kedatangannya. Bukan hanya oleh saya sendiri, tapi jua bersama dengan ribuan rekan-rekan seperjuangan saya. Ya harap-harap saja begitu walau saya yakin itu masih angin kosong saja yang berhembus untuk menyejukkan kalbu yang gersang karena lamanya menunggu.

Gersang kata saya? Aduh piciknya. Tidak. Saya yakin, yakin seyakin-yakinnya, masa transisi ini diisi dengan luar biasa hebat oleh sebagian besar rekan-rekan saya. Ada yang menjadi pemeriksa, ada yang menjadi artis, bahkan ada yang menjadi politisi. Isi dari masa transisi ini tentu lah akan menjadi bekal. Bekal bagi manusia-manusia terpilih ini sebelum memulai karya yang lebih besar untuk bunda pertiwi kita.

Hebat? Tidak juga. Tapi setidaknya, mereka mereka yang terpilih itu jauh lebih matang untuk langsung turun dilapangan. Tapi setidaknya, mereka mereka yang terpilih itu jauh lebih tangguh untuk bertahan dari goncangan yang tak terelakkan nantinya. Kamu mengerti apa yang saya maksudkan ya? Passion! Masa transisi ini membuat mereka yang terpilih itu menjadi rindu untuk segera mengabdi, untuk segera berkarya, dan untuk segera berbuat. Alhasil, tidak sedikit, mereka yang terpilih itu mengembangkan sayap lebih luas daripada sayap-sayap pendahulu mereka. Ya saya bisa rasakan itu.

Selain itu, kembali pada Maret kita, ini akan menjadi bulan ke enam saya menjadi mentor anak-anak. Ya, sudah enam bulan sejak September 2013 lalu. Artinya, lepas bulan ini, saya akan telah menunaikan seluruh kewajiban saya atas mereka. Jika diakhirat kelak saya ditanyai Allah tentang kewajiban 6 bulan ini, saya bisa dengan pasti menjawab penunaiannya. Setelah lama tak memegang amanah, diserahi amanah selama 6 bulan, itu mengganggu. Ya itu mengganggu. Tapi gangguan itu mampu menumbuhkan hati saya, memupuk kecintaan saya, serta menggerakkan seluruh jiwa saya. saya tidak menyesalinya sedikitpun.

Pada dasarnya, meski saya resminya adalah mentor atau kasarnya pengayom bagi mereka, saya seperti tidak melakukan apapun. Bahkan kebalikan kenyataannya, bukan saya yang membangun dan mengembangkan potensi mereka. Tapi mereka yang membangun saya. mereka yang seperti mendesain ulang mental saya. mereka yang seperti memperbaiki urutan puzzle prinsip yang belum rapi dalam alam pikir saya.

Terlepas dari itu semua, saya pikir waktunya berpisah sudah dekat. Ya sudah dekat. Saya yakin, tidak ada satu orang pun yang bisa menjamin saya akan tetap di kota Jakarta ini sehingga bisa menemani kehidupan orang per orang dari mereka seperti janji saya kepada sebagian mereka.

Bukan berarti saya ingin ingkar pada janji saya. Karena intinya begini, ada atau tidaknya saya, itu bukan masalah. Karena yang saya tahu adalah jika 6 bulan ini berarti bagi mereka, saya kira, saya akan tetap hidup dalam setiap karya mereka. Karena yang saya tahu adalah jika 6 bulan ini terekam sempurna dalam jiwa-jiwa mereka, saya akan tetap bersama mereka. Dalam setiap nafas mereka. Dalam setiap keyakinan dan gerakan mereka. Ini artinya sama seperti saya menemani setiap langkah mereka.

Jika 6 bulan ini tidak berarti apapun bagi mereka, itu pun bukan suatu masalah. Yang menjadi masalah adalah ketika mereka menyerah menjadi diri mereka. Yang menjadi masalah adalah ketika mereka mengalah atas realita. Yang menjadi masalah adalah ketika mimpi mereka terputus hanya karena ketakutan mereka mengambil resiko didepan mata. Posisi saya menjadi penting atau tidak bagi mereka, itu terserah mereka. Jika mereka menganggap penting, yakinlah, saya punya seluruh waktu saya untuk mereka. Jika tidak, saya punya banyak waktu untuk orang lain pula. Itu sederhana.

Lalu apakah 6 bulan ini berlalu dengan tanpa harapan? Tidak. Saya tentu memiliki harapan pasca masa 6 bulan ini. Harapannya sederhana, Semoga 6 bulan terakhir ini ada nilai-nilai ketuhanan yang melekat dihati mereka, ada nilai-nilai perjuangan yang tertanam dijiwa mereka, ada nilai keyakinan yang terpatri dalam dada-dada mereka. Sehingga, tangannya tak kan berat menolong sesama. Akalnya tak akan segan untuk memikat keyakinannya. Dan tubuhnya tak akan gentar untuk menciptakan karya-karya luar biasa.

Lalu sekali kali kakinya begitu semangat berhentak mengabarkan kegirangan mereka, senyuman pun tak pelit untuk dibagi bersama-sama. Tanpa melihat kaya maupun nestapa. Karena karya bukan hanya milik orang kaya, karya milik orang-orang yang berniat melakukannya.

Memang tak bisa disangka bahwa tidak banyak yang bisa saya bagikan untuk jiwa-jiwa haus mereka. Memang tak dapat dibantah pula bahwa tidak cukup lah apa yang saya ajarkan itu bagi bekal cita-cita mereka. Memang pun tak bisa dibela bahwa tidak semua yang saya sampaikan itu mampu menyentuh relung hati mereka. Biarlah. Biarlah itu semua. Biarlah nantinya segala kekurangan itu saya kan pertanggungjawabkan di surga atau neraka.

Jadi intinya.
Satu, pengumumannya.
Dua, Perpisahannya.
Tiga, pilihan yang tersedia berikutnya.

Jika ada pilihan yang tersedia pada pengumumannya, tentu saya ingin audit menjadi tempat saya berikutnya. Jika ada pilihan yang tersedia pada perpisahannya, tentu saya ingin memupuk benih-benih bunga hingga mampu menambah indah kebun kita Indonesia.

Jadi pilihan apa yang akan tersedia? Pengumuman akan memberitahukannya. Mereka akan memutuskannya. Dan akhirnya, Maret ini akan menjadi happy ending untuk kita semua. ^_^”
Maka pilihan terbaik yang dimiliki manusia adalah kembali bertindak seperti anak-anak. Dimana kita bisa dengan PD menjadi diri kita sendiri tanpa peduli dengan segala strata palsu yang dibuat-buat oleh ego manusia
Maka pilihan terbaik yang dimiliki manusia adalah kembali bertindak seperti anak-anak. Dimana kita bisa dengan PD menjadi diri kita sendiri tanpa peduli dengan segala strata palsu yang dibuat-buat oleh ego manusia

Komentar

Postingan Populer