Instagraming

70 Hari Ini Saja

Hari ini adalah hari ke 70 saya melaksanakan tugas sebagai abdi negara loh. Tertanggal Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas (SPMT) saya adalah 3 November 2014. Sesuatu yang spesial? Bagi saya, Iya! Ini menandakan bahwa saya masih menyisahkan 3580 hari dalam ikatan dinas saya sebagai di PNS Kementerian Keuangan.  Lama? Tidak! Ini bahkan tidak sampai 10 tahun lagi.

70 hari bukan waktu yang panjang loh. Namun, dalam 70 hari ini, saya bersama teman-teman sudah melaksanakan penampilan seni didepan Menteri Keuangan. Dalam 70 hari ini pula, saya sudah merasakan bagaimana tidak mandi selama 3 hari. Saya juga telah merasakan bagaimana rasanya menyeberangi comberan yang bahkan seumur hidup saya tidak pernah bercita-cita melakukan itu.



70 hari ini pula, saya belajar bahwa panas matahari itu bisa melepuhkan kulit. Yang putih menjadi hitam, yang hitam menjadi mengkilau. Saya belajar pula bahwa ternyata berenang diatas tanah tidak seburuk yang saya bayangkan. Toh saya masih hidup sampai sekarang. Bahkan, tubuh saya jauh lebih kuat daripada sebelumnya.

70 hari ini juga, saya punya kesempatan untuk berbicara langsung dengan para eselon 1, 2, 3, 4, pejabat-pejabat fungsional, yang kesempatan seperti itu jarang saya miliki ketika masih kuliah. Paling ya ngobrol santai dengan Wakil menteri doank saya bisanya. Dan dalam 3 tahun, saya hanya melakukannya 1 kali loh. Nah, sekarang saya melakukannya dalam waktu 70 hari ini loh.



Belum lagi, dalam 70 hari ini, saya makan dengan lahap. Lahap bukan karena makanannya enak dan mahal. Tapi karena makannya bersama-sama. Saat dilatih kopassus, makanan tak enak menjadi enak. Saat dikantor, makanan yang sedikit menjadi banyak. Saat diluar, makanan biasa menjadi lebih bermakna. Ternyata banyak cerita yang kita miliki loh tapi tidak semua orang yang tahu.



70 hari ini pun, saya tahu bahwa teman itu bukan sekedar orang-orang yang senang bersama, tapi susah senang bersama. Melakukan kegiatan bersama, tahu aib dan menjaganya. Tahu bagusnya, dan memujinya. Tahu sedih, lalu mengetawakannya. Lalu membahagiakannya. Seakan-akan hidup lebih berarti, bila semuanya bersama.

70 hari ini pula, saya senantiasa diingatkan bahwa “you have done nothing to this nation, Riyan!”. Dibandinkan para senior yang sudah lalu lalang melintang didunia pengabdian ini, I am Nothing. Bahkan 1% karya pun tidak sampai.

Saya belum mengalami bagaimana ditekan saat menjaga keuangan negara ini. Dizaman sebelum reformasi, itu makanan harian mereka. Saya belum merasakan bagaimana sakitnya bila ternyata terjadi kecurangan dan kita tidak mampu mencegahnya. Pada zaman sebelum reformasi keuangan, itu luka yang mereka rasakan setiap waktu. Jangankan untuk tersenyum menganggap tidak terjadi apa-apa, setiap detik, setiap menit, setiap jam dalam hidup mereka kala itu, adalah perjuangan yang tidak punya hentian waktu. Dan hari ini, dalam 70 hari ini, kisah-kisah itu yang mereka titipkan pada saya.

“Kita tidak bisa berhenti belajar. Karena berhenti tidak akan menghasilkan apapun. Tulus, kerjakan dan sempurnakan! Itulah pengabdian”, Ujar ibu Lucy, seorang Pengendali Teknis di Ir. VI.



There’s always a wonderful experience. 70 hari, saya telah menyimpulkan, bahwa selain melakukan ini itu, saya harus punya tujuan. Tujuan akan membimbing kita untuk belajar. Dan orang-orang yang belajar adalah para pemilik masa depan. Bukan begitu?

Untuk itu, Saya yakin bahwa ini bukan sekedar pekerjaan. Menjadi bagian dari pelaksana republik ini bukan sekedar bekerja dari jam 07.30—17.00. Ini adalah perjuangan. Ini adalah sebuah perang. Bagaimana menjaga agar republik ini tetap hidup selama 3580 hari ke depan. Kewajiban saya bukan? Dengan ini, Saya kira, sesuatu yang Saya kerjakan setiap harinya akan memiliki arti. Karena, Saya tidak ingin sampai pada suatu titik dimana Saya bekerja hanya karena uang, Saya hidup untuk bahagia, Saya makan untuk sehat. Tidak!

 “Kalau hidup sekedar hidup, Babi di hutan juga hidup. Kalau kerja sekedar bekerja, Kera juga bekerja”- Buya Hamka

Saya ingin sampai pada suatu titik, Saya melakukan A karena Tuhan ku menyukaiku melakukan ini. Saya melakukan B karena ini adalah kebutuhanku untuk mengabdi. Saya tidak melakukan sesuatu karena Saya suka melakukannya, tapi Saya butuh untuk melakukannya.

70 hari ini, Saya telah lalui. 3580 hari lagi, Saya dinanti. Maka hal apa yang bisa kuberikan pada negeri dalam waktu sesingkat ini? Saya tidak ingin nantinya saat 3580 hari berlalu, hati ini terbebani “Kamu tidak memberikan apapun, Riyan”.

“Karena esensi pengabdian adalah karya, bukan gaji semata. Dan esensi karya adalah kepuasaan negeri—pribadi, bukan kekayaan kantong sendiri”.

Komentar

Postingan Populer